Abah Saedi, seorang pria yang penuh ketabahan, berusia 66 tahun, telah menjadi tukang parkir selama 8 tahun. Pekerjaan ini terpaksa dilakukan karena ia tidak bisa lagi bekerja di tempat sebelumnya akibat usia yang sudah tua. Saat ini, Abah juga menderita stroke yang menyebabkan tubuhnya pincang, sehingga aktivitasnya sangat terbatas.

Abah Saedi bekerja sebagai tukang parkir dan berusaha keras mengatasi berbagai keterbatasan fisik serta finansial untuk tetap mencari nafkah.

Dalam perjalanan hidupnya yang tidak mudah, kondisi ini berlangsung dalam 8 tahun terakhir sejak Abah Saedi mulai menjadi tukang parkir. Hingga sekarang, ia masih terus berjuang meskipun usianya sudah lanjut dan kesehatannya semakin menurun.

Di tempat kerjanya yang sederhana, Abah Saedi bekerja sebagai tukang parkir. Namun, hasil pekerjaannya harus dibagi dua dengan pihak keamanan setempat, sehingga pendapatannya menjadi sangat kecil.

Dengan penuh keikhlasan dan keterbatasan, Abah Saedi harus bekerja sebagai tukang parkir karena ia tidak memiliki pilihan lain setelah diberhentikan dari pekerjaan sebelumnya akibat usianya yang sudah tua. Selain itu, kondisi fisiknya yang pincang karena stroke membuatnya kesulitan untuk mengejar kendaraan yang parkir tanpa membayar.

Di tengah perjuangan beratnya, Abah Saedi hanya mengandalkan obat-obatan warung dan terapi sederhana seperti berjalan tanpa sandal karena tidak memiliki biaya untuk pengobatan di rumah sakit. Pendapatan harian Abah yang hanya 15-20 ribu rupiah, setelah dipotong bagi hasil, tidak mencukupi untuk biaya hidup dan pengobatan. 

Meski demikian, Abah memiliki harapan untuk membuka warung bersama anaknya agar penghasilannya bisa lebih baik dan kehidupannya sedikit lebih ringan. #TemanBerbagi, Beban yang ada di pundak Abah Saedi bukan lah beban yang ringan, namun dengan itu semua Abah tetap tegar dan menerimanya dengan penuh keikhlasan