Supir Bajaj Idap Tumor Tiap Malam Tidur di Bajaj
terkumpul dari target Rp 150.000.000
Berapa banyak bajaj yang kamu temui di sepanjang jalanan Ibu Kota sekarang?
Apakah jumlahnya masih banyak, atau justru sudah hampir tidak ada lagi?
Jika ada, apakah kamu masih sering naik bajaj?
Beragam pertanyaan seperti itu muncul dalam pikiran kami setelah bertemu seorang kakek yang berdiri tegak di pinggir jalan, berdampingan dengan bajaj kesayangannya. Wajahnya yang penuh kerut dan tampak lelah seolah menceritakan kisah panjang perjuangan hidupnya yang tak mudah.
Saat kami mendekat, wajah penuh harap langsung terpancar dari sang kakek, sembari ia menyapa, "Bajaj, mas?" Tak mengherankan jika beliau begitu senang ketika kami menjawab, "Boleh, Kek." Dengan semangat, beliau langsung menaiki bajaj tuanya yang sudah mulai tampak usang.
Sepanjang perjalanan, beliau bercerita bahwa kami adalah penumpang pertama yang naik bajajnya hari itu. Ketika kami bertanya, "Biasanya sehari dapat berapa penumpang, Kek?" Dengan suara lembut, beliau menjawab, "Biasanya ya satu atau dua orang saja, mas. Itu pun kebanyakan ibu-ibu yang baru pulang dari pasar. Sudah jarang sekali, seumuran mas, yang naik bajaj. Sekarang orang lebih memilih transportasi online, ya mas?"
Pendapatan yang didapatkannya dari satu atau dua penumpang per hari tentu tak seberapa. Namun, meskipun kondisi tubuhnya yang mulai rapuh, beliau tetap berjuang menarik bajaj hingga tengah malam, seolah tak ada pilihan lain, meski fisiknya tidak lagi sekuat dulu.
Beliau juga mengungkapkan, bahwa ia tak bisa makan jika belum ada penumpang.
Kehidupan yang keras di jalanan membuat tubuhnya semakin rapuh. Kelenjar yang tumbuh di tubuhnya menambah penderitaan, memaksanya untuk terus menahan rasa sakit setiap hari. Ditambah lagi, beban pekerjaan yang tak pernah selesai—terus berusaha mencari penumpang hingga larut malam—membuat kelenjar baru muncul, semakin memperburuk kondisinya. Begitulah beliau bertahan, meski tubuhnya mulai memberi tanda-tanda kelelahan yang tak terhindarkan.
47 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi Kakek Harun untuk menjalani profesinya sebagai supir bajaj, merantau dari Tasik menuju Ibu Kota. Dari awal, tubuhnya yang masih kuat dan bajajnya yang masih prima, hingga kini, tubuhnya yang semakin lemah dan bajajnya yang sudah banyak mengalami kerusakan.
Beliau pun bercerita,
“Pernah bawa penumpang sampai bajajnya terbalik, mas. Satu ban-nya copot, penyangga rodanya patah. Saya dan penumpangnya luka-luka waktu itu…”
“Baru-baru ini juga, kakek ketiduran pas nyetir bajaj karena ngantuk, apalagi kalau penyakit gula kakek kambuh. Gak sadar, pas merem, nabrak truk sampah. Waktu itu kakek sampai dibawa ke rumah sakit, jahitannya banyak banget. Alhamdulillah, masih selamat…”
#SahabatAmal, berikan secercah harapan untuk kesembuhan Kakek Harun juga penghidupan yang lebih layak di masa tuanya yuk!
Supir Bajaj Idap Tumor Tiap Malam Tidur di Bajaj
terkumpul dari target Rp 150.000.000