
Lansia Jual Balon Demi Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Di usia 74 tahun, Abah Djoko masih harus menapaki panasnya aspal demi menjual balon, bukan untuk menyenangkan anak-anak, tapi untuk menyambung hidup keluarganya yang kelaparan.
Rela jualan balon hingga larut malam demi dapat 15 ribu rupiah, itupun bila sedang untung!
Setiap pagi, dengan langkah tertatih dan bahu yang mulai membungkuk, Abah memanggul puluhan balon warna-warni. Ia berjalan sejauh 25 kilometer menyusuri sudut-sudut kota yang panas dan berdebu, berharap ada satu atau dua anak yang merengek kepada orang tuanya untuk membeli. Tapi harapan itu tak selalu hadir, bahkan seringkali Abah harus pulang dengan balon yang masih utuh, dan perut yang kosong.
Abah Djoko bukan hanya pejuang usia senja, tapi juga seorang ayah dari dua anak kecil berusia 8 dan 5 tahun, serta suami dari istri yang kini mulai sakit-sakitan. Dalam sehari, jika beruntung, Abah bisa membawa pulang 15 ribu rupiah. Namun jumlah itu harus dibagi dua dengan pemilik balon. Seringkali, penghasilan itu tak cukup untuk membeli beras sekalipun. Jika dagangan tak laku, maka hari itu tidak ada makanan di rumah. Puasa bukan karena ibadah, tapi karena memang tak ada yang bisa dimakan.
Tak jarang, Abah menangis dalam diam saat melihat anak-anaknya hanya bisa tidur dengan perut keroncongan. Ketakutan terbesar Abah bukanlah soal tubuhnya yang mulai rapuh, tapi kekhawatiran bahwa ia tak sanggup menyekolahkan anak-anaknya. Ia tahu bahwa masa depannya mungkin sudah tak panjang, tapi masa depan anak-anaknya belum juga dimulai.
"Kalau saya punya sedikit modal saja, saya ingin buka warung kecil di rumah, jadi tidak harus berkeliling lagi," ucap abah.

Lansia Jual Balon Demi Bertahan Hidup
terkumpul dari target Rp 50.000.000