Kisah 2 Lansia Kakak Beradik yang Buta Sejak SD
terkumpul dari target Rp 57.200.000
“Mata abah ga bisa liat, tapi abah masih punya kaki sama tangan buat cari uang untuk makan.” – Abah Amsuri (55)
Sejak kelas 5 SD, Abah Amsuri kehilangan penglihatan akibat penyakit cacingan yang saat itu tidak diobati karena keterbatasan biaya. Begitupun dengan adiknya, Mak Puri (50) yang kehilangan penglihatan saat usia 6 SD.
Mereka tinggal berdua di daerah Cirebon, tanpa orang tua, pasangan, anak, dan saudara. Untuk bertahan hidup, Abah Amsuri bekerja dengan menambang pasir di Sungai Cimanis, Cirebon. Namun tidak setiap hari Abah bisa bekerja. Selain kesulitan menuju sungai, arus sungai juga tidak menentu.
Penghasilan kotornya hanya 250 ribu perkubik, itupun sudah dipotong dengan sewa mobil angkut pasir dan bagian lainnya. Bahkan untuk mendapatkan satu kubik, Abah harus menambang pasir berhari-hari.
“Aa bisa nambang pasir kalo musim hujan aja. Kalo musim kemarau ga bisa karena pasirnya ga ada. Makanya mak buka warung jajanan anak-anak. Biar dapetnya kecil, paling 20 – 40 ribu sehari, tapi Alhamdulillah ada sedikit buat makan,” cerita Mak Puri.
Yuk bantu Abah Amsuri dan Mak Puri jalani pengobatan dan mengembangkan modal usaha!
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan, menambah modal usaha warung Mak Puri, serta untuk membantu dhuafa lainnya yang berada di bawah naungan Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
Kisah 2 Lansia Kakak Beradik yang Buta Sejak SD
terkumpul dari target Rp 57.200.000