Lansia Sebatangkara Hidup dengan upah 8rb
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Nak, beli satu sapunya yukk? Mbah hari ini belum minum..” - Mbah Tin (66 tahun)
Pagi-pagi sekali mbah Tin sudah mengayuh sepeda lapuknya mengelilingi jalan dan gang. Lansia sebatang kara itu rela menempuh 15 kilometer agar sapu-sapunya habis terjual.
Sudah bertahun-tahun mbah Tin ditinggal suami dan anak untuk selamanya. Tidak ada orang lain yang bisa membantu kehidupan mbah Tin kecuali dirinya sendiri.
“Karena udah tua juga nak, mbah sering kecapean. Kalo udah gak kuat, mbah menepi, tidur di depan mushola”
“Biasanya per hari mbah untungnya cuman 7 ribu, lumayan lah, bisa beli makan walaupun untuk malam aja. Paginya gak sarapan, isi perutnya minum air rebusan”, ungkap mbah Tin.
Mbah Tin menambahkan, bahwa belum lama ini kedua lututnya sering sakit dan gemetar. Hal itu dikarenakan beliau pernah jatuh dari sepeda dan keseleo sampai-sampai kesulitan berjalan.
“Sakit sekali nak, tapi mbah paksain buat jalan. Habis mau gimana lagi, nanti kalo mbah gak jualan sapu, makan apa?” lanjutnya.
Hidup sendiri, berjuang sendiri, bukan hal mudah dilakukan oleh mbah Tin di hari-hari senja. Beliau sudah terbiasa dengan kesepian tetapi tak jarang pula ia menangisi nasibnya.
Di balik kekurangan dan kesulitan yang dihadapi mbah Tin, beliau tidak pernah melupakan ibadah. Hanya Sang Khalik tempatnya mengadu, menceritakan semua isi hatinya.
“Ya Allah, aku gak butuh kekayaan. Berilah aku kesehatan di hari tua ini agar tetap bisa kuat bekerja dan tidak kelaparan..”, lirihnya dalam doa.
#TemanBerbagi, mari kita bantu meringankan sedikit beban yang selama ini mbah Tin tanggung sendirian. Dengan Cara Klik tombol “DONASI SEKARANG”;
Lansia Sebatangkara Hidup dengan upah 8rb
terkumpul dari target Rp 50.000.000