Memperjuangkan Kesembuhan dari Celebral Palsy
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Di sebuah rumah kecil, hiduplah Alzena Shezan Farzana, seorang anak yang kuat. Dia adalah anak ketiga dari Nurhidayati (36 tahun) dan Muhammad Tarmizi (41 tahun). Namun, sejak lahir, Alzena harus berjuang melawan tantangan besar.
Kehadirannya di dunia dibayangi oleh kondisi yang sulit. Kurang oksigen ke otak membuatnya terus menerus mengalami kejang, merusak sarafnya. Meskipun telah dirawat dengan penuh kasih sayang di NICU RSUP Dr. Sardjito selama 15 hari, Alzena kembali ke rumah dengan diagnosa palsy cerebral dan microcephali. Namun, semangatnyaselalu ada, meski kejang yang berulang-ulang membuat anggota motoriknya kaku.
Ayah Alzena adalah seorang pembantu rumah tangga yang juga merawat orang tua lanjut usia, sementara ibunya berjualan ikan hias setiap minggu. Kesulitan ekonomi membuat mereka harus berjuang ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan Alzena, termasuk perawatan kesehatannya yang memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Meski tinggal di rumah kontrakan kecil yang biayanya seringkali menunggak, keluarga ini tidak pernah kehilangan harapan. Alzena masih rutin kontrol di rumah sakit. Meski jalannya terasa berat, mereka terus berusaha memenuhi kebutuhan Alzena, dari susu hingga pampers, dengan cinta dan kesabaran.
Kisah perjuangan Alzena melawan Celebral Palsy adalah cerminan dari kekuatan doa dan usaha. Keluarganya selalu mengiringi langkahnya dengan cinta dan harapan, menginginkan kesembuhan untuk putri tercinta mereka. Meski badai terus menghadang, mereka tetap bertahan, karena cinta dan kekuatan mereka tidak pernah padam.
Memperjuangkan Kesembuhan dari Celebral Palsy
terkumpul dari target Rp 100.000.000