Sampah Penyambung Hidup Abah Wawan dan Cucunya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Di setiap langkahnya, Abah Wawan hanya bisa bersyukur atas apa yang ia dapatkan pada hari itu. Abah Wawan adalah seorang pejuang nafkah dengan keterbatasan usia yang sudah tidak muda lagi. Meski demikian, Abah Wawan masih harus mengumpulkan rupiah demi rupiah untuk menghidupi keluarganya.
Abah memiliki dua tanggungan, yaitu Emak Popon (60) dan Rendi (7), cucu yang ia rawat sejak kecil. Orang tua Rendi harus berpisah beberapa tahun silam, dan Rendi dititipkan kepada ayahnya, yang merupakan anak dari Abah Wawan, karena harus bekerja jauh dari rumah.
Setiap harinya, Abah Wawan mencari sampah plastik dari pagi hingga malam. Saat cucunya sedang senggang, Rendi sering ikut membantu Abah mencari sampah-sampah plastik. Meskipun sering dilarang oleh Abah dan Emak, Rendi tetap ingin membantu meringankan beban mereka.
Ketika libur sekolah, Rendi tidak pernah absen untuk membantu Abah mencari sampah plastik. Rendi sangat sayang kepada Abah dan Emak, bahkan tidak pernah merengek untuk meminta uang jajan karena tidak ingin merepotkan mereka. Namun, Abah sering merasa sedih saat melihat cucunya membantu pekerjaan memulung, karena ia ingin sekali melihat Rendi bermain seperti anak-anak lainnya.
Penghasilan Abah Wawan sehari dari memulung sampah plastik mencapai Rp. 30.000, itupun jika ia mendapatkan banyak sampah plastik. Sering kali, penghasilan tersebut hanya cukup untuk membeli satu liter beras untuk makan bertiga.
Harapan Abah saat ini adalah ingin sekali memiliki warung kecil-kecilan, agar cucunya tidak perlu berpanas-panasan lagi. Abah juga ingin melihat cucunya mengenakan seragam merah putih, seperti anak-anak lainnya.
Sampah Penyambung Hidup Abah Wawan dan Cucunya
terkumpul dari target Rp 50.000.000