Berangkat Dari Shubuh Abah Wahyu Membanting Tulang
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Setiap hari, sebelum adzan subuh berkumandang, Abah Wahyu sudah bersiap-siap dengan kail yang sudah berkarat untuk mencari sampah plastik. Dengan semangat yang enggan mengenal lelah, Abah Wahyu berjalan kaki puluhan kilometer untuk mengumpulkan botol plastik yang kemudian ia jual.
Pekerjaan ini menjadi satu-satunya andalan Abah Wahyu. Di usianya yang sudah renta, tidak ada lagi lowongan pekerjaan yang tersedia untuknya. Namun, Abah Wahyu menjalani ini dengan ikhlas karena di rumah, ada istri tercinta yang menunggu untuk makan setiap harinya. Emak, istri Abah Wahyu, mengidap penyakit diabetes. Sayangnya, Abah Wahyu sudah tidak mampu lagi melanjutkan pengobatan untuk Emak karena terkendala biaya.
Penghasilan Abah Wahyu per hari hanya 15 ribu rupiah saja. Meskipun demikian, Emak enggan berdiam diri. Emak membantu dengan membuat kertas untuk gorengan. Upah Emak hanya 10 ribu rupiah per 1.000 lembar kertas yang bisa ia selesaikan dalam waktu tiga hari.
Abah Wahyu ingin sekali membawa Emak berobat, karena penyakitnya sudah mulai parah dan menjalar ke saraf mata. Abah sangat kasihan dengan kondisi istrinya, namun apalah daya, untuk makan sehari-hari pun masih sangat kurang.
Harapan Abah Wahyu adalah melihat Emak sembuh kembali dan mempunyai warung kecil-kecilan di depan rumahnya.
Berangkat Dari Shubuh Abah Wahyu Membanting Tulang
terkumpul dari target Rp 50.000.000