Bantu Lansia Tunanetra Sebatang Kara Hidup Lebih Layak
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Genap 91 Tahun sudah Abah solihin menjalani hari-hari dalam kegelapan. Tak pernah terbayang bagaimana indahnya warna mentari senja atau cantiknya warna-warni bunga di pagi hari. Setiap hari, dia hanya memikirkan "akankah saya makan esok hari?"
Hidup sebatangkara diusia senja tanpa anak dan istri, Abah Solihin (91 tahun) sering merasa kesepian. Belum lagi Abah tidak memiliki Indra penglihatan sejak lahir, maka hari-hari tuanya pun semakin terasa gelap, sepi dan dingin.
Sehari-hari Abah solihin berprofesi sebagai tukang pijat keliling. Hanya bertumpu pada tongkat tuanya, sambil menyusuri jalanan dalam pekatnya penglihatan, Abah Solihin terus menawarkan jasa pijatnya kesetiap pintu. Hanya itulah satu-satunya profesi yang menjadi tumpuan hidupnya selama ini.
Puluhan tahun Abah solihin bekerja sebagai tukang pijat tuna netra di sekitar tempat tinggalnya di kabupaten Bandung barat. Pekerjaan yang selama ini menghidupinya itu, kini semakin minim pelanggan sejak 4 tahun lalu.
Matahari sudah hampir terbenam, tapi Abah solihin masih duduk diam ditepi jalan atau berjalan menyusuri gang-gang kampung. Dengan harapan ada orang yang membutuhkan keahlianya"* tetapi tak jarang Ia pulang tanpa seorangpun yang menggunakan jasanya.
Adakalanya, siapapun yang berbaik hati memberinya makanan, maka ia ganti balas Budi dengan memijat. Abah tak segan menawarkan diri untuk memijat mereka.
Jika Abah sakit, dan tak ada pelanggan yang datang, Abah solihin pun hanya bisa merintih menahan rasa lapar digubuknya seorang diri. Ia meringkuk dengan hanya beralaskan karpet tipis di gubuk mungil berukuran 2 x 3 meter yang jika malam hari gelap tanpa penerangan dan tanpa kamar mandi itu.
Meski pandangan gelap, namun Abah solihin masih tahu kemana ia harus melangkah. Baginya hidup mandiri dan tidak ingin merepotkan orang lain menjadi jalan terbaik baginya. Meski mata tertutup, Abah terus berjalan menyusuri perkampungan demi perkampungan untuk menawarkan jasa pijatnya, meski pada akhirnya harus pulang dengan tangan hampa.
Insan baik, hanya satu keinginan Abah solihin yaitu ingin hidup layak tanpa merepotkan orang lain dan jika mendapat rejeki berlebih Abah ingin sekali memiliki kamar mandi sendiri dan aliran listrik sendiri, meski itu tidak berpengaruh baginya, namun ia kasihan kalau ada orang yang bertamu malam-malam ke gubuknya yang gelap.
Untuk itu, yuk kita temani Abah solihin untuk mewujudkan cita-citanya agar bisa tersenyum disisa usianya dengan menyisihkan sebagian rezeki yang kita miliki saat ini.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha dan memenuhi kebutuhan Abah Solihin. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan Amal baik insani.
Bantu Lansia Tunanetra Sebatang Kara Hidup Lebih Layak
terkumpul dari target Rp 50.000.000