Abah Nono, yang sudah berusia 69 tahun, tidak kenal lelah mencari nafkah di bawah terik matahari sepanjang hari. Beliau adalah seorang buruh tani yang bekerja membuat bibit tanaman. Dengan usianya sekarang tidak ada yang mau mempekerjakan abah, jadi hanya pekerjaan tersebut yang bisa abah jalani.

Kemampuan abah dalam membuat bibit tanaman sudah tak diragukan lagi. Namun, upah yang beliau terima tak seberapa, hanya sekitar 20 ribu per hari. Peluang kerja abah terbatas, karena hanya 2-3 hari kerja dalam satu minggu dan minimnya pembeli. Tangan keriput dan usia tuanya tak menghalangi Abah Nono untuk telaten dalam memilih dan merawat bibit tanaman, bahkan dalam cuaca panas dan terik seperti saat musim kemarau.

Abah Nono tinggal bersama istrinya di rumah sederhana dan juga cucunya yang berusia sekitar kelas 5 SD. Meskipun anaknya dan mantunya sudah bercerai dan bekerja serabutan yang tak menentu, Abah Nono menjalani peran sebagai orang tua pengganti yang penyayang, merawat dan mendukung cucunya.

Hidup dalam kondisi serba kekurangan membuat Abah Nono dan istrinya sering kesulitan bahkan untuk makan sehari-hari. Mereka juga harus memikirkan biaya cucunya, termasuk biaya sekolahnya.

Meskipun terkadang Abah Nono merasa kewalahan dengan tantangan pekerjaannya, mungkin karena usia lanjutnya, ini tidak menghentikannya dalam perjuangan mencari nafkah karena ada tanggung jawab yang harus dijalani. Namun, Abah Nono memiliki impian, yang jika Allah mengizinkan, adalah untuk membuka sebuah warung kecil di rumahnya yang dapat membantu memenuhi kebutuhan hidup bagi keluarganya. Karena jika hanya mengandalkan upah dari pembuatan bibit tidak menentu.

Sahabat Kebaikan, diujung usia Abah Nono ini memang tidak pernah mengeluh namun beban yang ia pikul sangatlah berat. Apalagi tubuhnya terus dimakan usia.

Yuk berikan semangat dan ukir senyum di bibirnya dengan wujudkan harapan Abah Nono mempunyai warung di rumahnya.