BANTU LANSIA TUNANETRA BERJUANG HIDUPI KELUARGA
terkumpul dari target Rp 40.000.000
“Abah mah rajin Shalat, rajin ke masjid, padahal mata abah gak bisa lihat. Kalau gak ada Endi yang nuntun, Abah suka berangkat sendiri ke Masjid. Pernah juga jatuh terpeleset ke parit yang dalam. Kalau ada yang manggil, Abah juga suka mijit. Lumayan katanya uangnya untuk beli beras“, ujar Rendi Putra (7 tahun) dengan penuh rasa bangga. Rendi adalah keponakan Abah Entang, Lansia Tunanetra dari ujung pelosok Cianjur Selatan, yang dengan segala keterbatasannya tetap bersemangat berjuang hidupi keluarganya.
Semenjak usia 2 tahun, Rendi sudah ditinggal kedua orangtuanya yang bercerai. Rendi saat ini tinggal bersama Ibu Entin (Nyai) dan Abah Entang, ditengah pegunungan di pelosok Cianjur Selatan. Ibu Entin merupakan seorang janda yang ditinggal mati suaminya. Untuk kebutuhan sehari-hari, Nyai saat ini hanya mengandalkan dari penghasilan kakaknya, Abah Entang yang berprofesi sebagai tukang pijat panggilan.
Dari memijat, Abah Entang hanya berpenghasilan sekitar 10 ribu sampai dengan 30 ribu, itupun tidak setiap hari Abah ada yang memanggil. Bahkan seringnya dalam satu bulan, Abah hanya memijat dua atau tiga orang saja.
Karena kondisi yang sangat kekurangan, seringnya sehari-hari, Rendi, Nyai dan Abah Entang hanya makan nasi dengan taburan garam saja. Menurut mereka, jika sesekali ditambah mie instan, itu merupakan makanan mewah.
Di usianya yang sudah senja, dengan kondisi Abah yang tidak bisa melihat, Abah dituntut harus bekerja keras untuk menghidupi Rendi dan Ibu Entin. “Kalau bukan Abah yang nyari makan, siapa lagi Pak, mau tidak mau Nyai (Ibu Entin ) dan endi (Rendi) sudah jadi tanggungan Abah”, ucap Abah Entang.
Sehari-hari, Abah Entang melakukan aktivitasnya dengan sangat mandiri tanpa bantuan orang lain. Termasuk, jika harus berjalan jauh jika dapat panggilan untuk memijat, Abah harus berjalan kaki hanya menggunakan tongkat usangnya menyusuri jalan berbatu yang licin dan terjal. Pernah beberapa kali, Abah terperosok masuk ke parit dan jalan berlubang.
Dengan kondisi yang serba kekurangan, Abah Entang selalu mensyukuri atas segala sesuatu yang sudah diberikan oleh Allah Subhanahu Wa ta’ala. “ Alhamdulillah..Abah sangat bersyukur, dengan kondisi ini membuat Abah jadi semakin mengingat Allah, makanya Abah sebisa mungkin untuk tidak meninggalkan Shalat ”, tegas Abah Entang.
Abah memiliki mimpi, untuk memiliki modal usaha meski hanya berjualan jajanan anak di depan rumah gubuknya atau hanya memiliki beberapa ekor kambing untuk diternakan untuk menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhanan hidup. Terlebih, dengan usia yang bertambah, fisik Abah sudah sangat menurun untuk terus memijat.
SahabatKU, mimpi Abah untuk terus berjuang menghidupi keluarganya perlu kita dukung. SahabatKU bisa ikut mewujudkan harapan dan mimpi Abah tersebut dengan cara berdonasi di halaman galang dana ini.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk biaya pengobatan mata serta modal usaha Abah Entang. Jika ada kelebihan dana, akan di gunakan untuk mensuport program Warung Nasi Kebaikan (Warung Nasi Gratis) yang dikelola oleh Kebaikan Ummat.
BANTU LANSIA TUNANETRA BERJUANG HIDUPI KELUARGA
terkumpul dari target Rp 40.000.000