Berjuang Demi Pendidikan Putra Bungsu dan Sepeda Baru
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Dari pagi hingga malam, Abah Edih mengayuhkan sepedanya demi menjual timun dan sayuran yang ia bawa. Itulah sepenggal cerita Abah Edih, lansia pejuang nafkah.
Abah Edih adalah seorang penjual timun keliling, menggunakan sepeda tuanya yang telah menemaninya puluhan tahun dalam mengais rezeki. Setiap pagi, Abah Edih pergi dari rumah dengan semangat, meskipun usianya sudah tidak muda lagi, namun semangatnya untuk berjualan sangatlah tinggi.
Dengan penglihatan yang sudah tidak baik karena penyakit mata (katarak), Abah Edih tetap mengayuh sepeda tuanya dan menawarkan timunnya kepada warung-warung maupun rumah-rumah. Penolakan demi penolakan sering Abah Edih terima saat menawarkan barang jualannya, namun Abah Edih tidak pantang menyerah. Abah selalu optimis bahwa rezeki semua sudah ada yang mengatur.
Penghasilan Abah Edih setiap harinya sekitar 30 ribu rupiah. Uang itu digunakan untuk makan berdua bersama sang istri. Dengan makanan seadanya, Abah Edih dan istri tidak pernah mengeluh. "Segini aja udah alhamdulillah, lumayan buat abah kenyang," ucap Abah Edih sambil tersenyum.
Namun, di balik tawa dan keceriaannya, Abah Edih memiliki tanggungan, yaitu anak bungsunya yang masih bersekolah. SPP pun menunggak karena penghasilan sehari-hari hanya cukup untuk makan saja. Harapan Abah Edih adalah bisa membayar tunggakan sekolah putra bungsunya, dan juga mengganti sepeda tuanya yang sering sekali menghambat Abah Edih saat berdagang.
Berjuang Demi Pendidikan Putra Bungsu dan Sepeda Baru
terkumpul dari target Rp 50.000.000