Bantu Penjual Cireng Sebatang Kara Korban Tabrak Lari
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Cekungan di kepala kiri dan kaki kanan patah tampak jelas terlihat itu merupakan bekas kecelakaan yang ia terima lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Pak Dahlan (53) merupakan nama sapaan nya, dahulu ia merupakan seorang ayah dan suami yang menjadi tulang punggung keluarganya. Ia menafkahi keluarganya dengan berjualan cireng keliling (makanan tradisional jawa barat).
Namun nahas ketika ia tengah berjualan dengan menyusuri pinggir Jalan Raya 12 tahun lalu, sebuah kecelakaan merenggut kebahagiaannya.
Ia di temukan tergeletak di samping jalan raya dalam keadaan kritis, Ia menjadi korban tabrak lari. Nyawanya terselamatkan, namun tidak dengan kehidupannya.
Ternyata cobaan hidup beliau tidak berhenti sampai di situ, tak lama berselang Isteri yang selama ini Ia perjuangkan memilih pergi meninggalkannya dengan membawa serta kedua anaknya dan memilih menikah lagi dengan pria lain. Saat itulah dunianya seakan berbalik dan menghantamnya dengan berbagai kepedihan.
Tekanan batin dan pikiran mau tak mau membuatnya kehilangan sebagian akal sehatnya. Cacat permanen di kepala membuat kemampuan berfikirnya sedikit terhambat, emosinya menjadi sangat labil.
Tak lama ia pun terusir dari tempatnya bernaung, karena memang tanah tempat tinggalnya itu milik sang mantan istri. tak ada lagi tempat yang bisa ia sebut dengan rumah untuk pulang seperti sebelumnya.
Setelah lama terbuang di jalanan dengan terseok-seok mengais sampah untuk di jual atau di tukar sekedar nasi untuk mengganjal perut. ia ditolong oleh seorang dermawan yang merelakan tanahnya untuk ditinggali empat tahun yang lalu dengan bangunan alakadarnya yang tentu saja jauh dari kata layak karena saat ini telah rusak disana-sini.
Meski berada di tengah kebun yang sunyi dan sepi serta gelap gulita pada malam hari, setidaknya tempat itulah tempat pak Dahlan bernaung dan berlindung dari dinginnya malam dan derasnya hujan serta tempat Ia kembali untuk melepas lelah.
Suatu ketika ketika kami berkunjung, pak Dahlan tampak tengah menatap kosong ke arah jalan setapak, pikirannya melayang jauh. Ketika di tanya apa yang Ia fikirkan, "Saya rindu Anak-anak saya, saya ingin bertemu mereka, tapi saya takut saya bikin mereka malu kalau saya datangi mereka dan lagi saya tidak tahu dimana mereka tinggal sekarang' ungkapnya sambil tertunduk
Karena saat ini ia tak mempunyai alasan yang kuat untuk tetap bertahan dengan kehidupannya.
Bagaimana ia mampu bertahan hidup? Mungkin pertanyaan ini sering muncul dalam benak setiap orang yang melihatnya. Ia sering kali terlihat menyeret kakinya dengan meringis menahan sakit di kaki nya, Ia menapaki jalan di sekelilingnya. Sampah yang ia temui kerap ia jadikan tempat mengais kehidupan. Makanan sisa, air minum dalam botol bekas, itu adalah salah satu jalan baginya menahan lapar dan dahaga yang sering datang. Meski Ia sudah terbiasa menahan lapar.
Tak banyak Rupiah yang Ia hasilkan dari memungut barang bekas, bahkan untuk membeli sebungkus nasi saja, pak Dahlan harus menunggu dua sampai tiga hari rongsokanya terkumpul barulah Ia dapat membeli sebungkus nasi yang layak. Namun apa daya karena hanya itulah sumber penghasilan yang Ia mampu jalani sampai saat ini.
Dalam kesehariannya, tak jarang orang lain yang melihatnya menatap jijik dan hina. Anggapan dan pandangan mereka tajam seperti menatap mereka yang mempunyai gangguan kejiwaan. Pengusiran demi pengusiran tak jarang menghinakan dirinya yang kerap singgah di pembuangan sampah rumah-rumah yang ia lalui.
Langkah berat terseok-seok dari kakinya yang tak lagi seimbang semakin terlihat berat dengan sebuah keranjang usang yang tertambat di punggungnya yang kian membungkuk. Terik matahari dan tajamnya kerikil menjadi teman perjalanannya yang semakin hari semakin tak mudah.
Kesepian, kesendirian, keheningan dan kegelapan adalah nyanyian yang senantiasa mengalun dalam setiap detik nafas yang ia hirup. Masihkah ada yang mampu memberinya kehidupan yang layak? Masih adakah yang tergerak melihat pergulatan hidupnya?
Insan Baik, pak Dahlan adalah potret nyata sebuah kehidupan Manusia yang memberi alasan kepada kita untuk bersyukur dengan apa yang kita jalani saat ini, dan memberikan alasan untuk kita mau perduli dan berbagi kepada sesama. Uluran tangan dan kepedulian kita sekecil apapun akan sangat berarti untuk pak Dahlan, mari kita hadirkan kebahagiaan di sisa perjalanan beliau.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pak Dahlan termasuk tempat tinggal beliau. Selain itu akan digunakan untuk para penerima manfaat dan keberlangsungan program sosial kemanusiaan lainya yang berada dalam pendampingan dan naungan yayasan amal baik insani.
Bantu Penjual Cireng Sebatang Kara Korban Tabrak Lari
terkumpul dari target Rp 50.000.000