"Kalau bapak pulang dengan tangan kosong, anak istri bapak nanti nggak bisa makan, kalau belum laku bapak jalan lagi biasanya sampai 10 hari dijalanan." ~Ungkap bapak ayat dengan pilu

Tubuhnya sudah sangat lemah, nafasnya terengah-engah, kakinya pun sudah gemetaran. Ia keliling sambil membawa peralatan sol sepatu menyusuri jalanan demi sesuap nasi untuk hidupi anak dan istrinya.

Dimarahin pelanggan karena jahitan kurang rapih sampai jasanya tak dibayar pelanggan sudah menjadi asam garam kehidupan pak Ayat (53 tahun).

"Kadang sering dimarahin pelanggan. Mereka bilang kerja bapak lelet, dan jahitannya kurang rapih. Bapak minta maaf karena mata bapak sudah buram." ~ungkap pak Ayat

Tak kenal lelah bapak Ayat menyusuri jalanan. Jika belum ada yang menggunakan jasanya, bapak biasanya tak pulang dan memilih untuk melanjutkan perjalanan sampai 20 km dan tidur dijalanan.

"Kalau boleh jujur. Seluruh tubuh bapak sering sakit karena harus berjalan jauh. Namun hal ini tidak pernah bapak rasa. Karena ada istri dan anak yang sedang menunggu di kampung." ~ucap bapak Ayat

Mirisnya, tak semua orang membutuhkan jasa pak Ayat, sehingga ia sepi pelanggan. Jika beruntung, dalam sehari pak Ayat hanya mendapatkan 30 ribu. Namun adakalanya ia harus pulang dengan tangan kosong setelah seharian keliling dan rela bermalam dengan perut yang lapar sambil menahan udara dingin yang menusuk kesekujur tubuhnya.

Jauh dari lubuk hatinya yang terdalam, pak Ayat ingin sekali mempunyai usaha kecil-kecilan di kampungnya bersama keluarga tercintanya agar tidak berkeliling lagi dijalanan, dan keluarganya dikampung tidak kelaparan.

#TemanBaik, itulah kisah pilu pak Ayat ditengah keterbatasannya yang saat ini sedang berjuang dijalanan untuk menafkahi anak dan istrinya. Maukah sisihkan sedikit rezeki untuk meringankan beban pak Ayat dan ribuan lansia lainnya yang saat ini sedang berjuang untuk bertahan hidup.