Abah Acep Penjual Es Lilin yang Berjuang Demi Keluarga
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Di usianya yang sudah senja, Abah Acep masih berjuang keras mencari nafkah demi menafkahi keluarga kecilnya.
Setiap hari, Abah Acep berkeliling kampung sambil mendorong gerobaknya yang beratnya luar biasa. Gerobak yang terisi penuh es lilin bisa mencapai bobot 70 kilogram, yang sangat berat untuk Abah di usianya saat ini.
Abah Acep telah berjualan es potong atau es lilin jadul selama puluhan tahun. Dari hasil penjualannya, ia bisa mendapatkan keuntungan sebesar 80 ribu rupiah, itupun jika dagangannya habis terjual. Namun, sering kali satu wadah es baru habis dalam waktu tiga hari.
Penghasilan Abah Acep seringkali tidak mencukupi untuk kebutuhan makan sehari-hari. Meski dengan segala keterbatasan, Abah tetap menjalani pekerjaannya tanpa mengeluh.
Selain itu, Abah Acep juga menderita penyakit asam urat. Karena kondisinya, mendorong gerobak tidak bisa terlalu jauh. Setiap satu kilometer, Abah harus beristirahat karena kakinya terasa sangat pegal. Terlebih jika jalanan menanjak, ia merasa sangat tersiksa.
Abah Acep tinggal bersama istrinya, Mak Aning. Mereka hidup berdua di sebuah gang sempit yang padat penduduk.
Harapan terbesar Abah Acep adalah bisa membuka usaha es kelapa muda di dekat rumah, agar ia tidak perlu lagi menderita karena harus berjalan jauh dan kakinya tidak lagi terasa sakit setiap hari.
Abah Acep Penjual Es Lilin yang Berjuang Demi Keluarga
terkumpul dari target Rp 50.000.000