Wujudkan Mimpi Fikri Untuk Nenek
terkumpul dari target Rp 70.000.000
Tiga tahun lalu badai menerpa keluarga kecil Muhammad fikri, karena suatu hal kedua orang tuanya harus bercerai. Tak lama ibunya menikah lagi tanpa restu dari nenek dan kakeknya Fikri, tanpa sepengetahuan mereka juga Fikri dan kedua adiknya dibawa pergi jauh ke kampung. Sebelumnya jika ibu Fikri sedang bekerja, Fikri dan kedua adiknya dititip kepada nenek mereka namun saat itu akhirnya mereka dititipkan kepada orang lain bernama Mak Rum.
Kehidupan Fikri juga kedua adiknya Muhammad Zidan dan Muhammad Iqbal Ramadhan sangat menyedihkan saat itu karena mereka kurang makan bahkan perut mereka membuncit karna terlalu banyak minum. Mereka tidak pernah berani meminta uang jajan, karena ketika mereka meminta uang jajan hanya pukulan dan cubitan yang mereka dapatkan. Ibu Fikri bahkan tega meninggalkan Iqbal, adik fikri baru berusia satu tahun yang sedang sakit saat itu.
Namun tak lama titik terang menghinggapi Fikri dan kedua adiknya, nenek Fikri sempat curiga cucunya tidak mendapatkan asuhan yang layak hingga mencari tahu tentang kabar ketiga cucunya. Betul saja saat itu nenek mendapatkan cucunya dalam keadaan sakit, tubuh mereka penuh dengan koreng, mungkin karena selama ini mereka tinggal dekat dengan kandang bebek di kampung itu.
Fikri dan kedua adiknya langsung dibawa nenek pergi ke Jakarta, agar fikri dan kedua adiknya mendapatkan perawatan yang layak agar kembali sehat. Nenek juga menyekolahkan Fikri di TKB Al Ghiffari Al-Mafatih, beruntung biayanya cukup terjangkau oleh Kakek Nenek, serta yang paling penting pembayarannya bisa dicicil. Tragisnya sejak saat itu ibu fikri tidak pernah menjenguk bahkan tak terdengar kabarnya.
Tiga tahun berlalu, saat ini usia Fikri menginjak 8 tahun dan Fikri juga bersekolah di SD JUARA Jakarta Barat binaan Rumah Zakat dari Bunda Reihan. Disini Fikri dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas tanpa memikirkan biaya sekolah. Selama bersekolah bibinya lah yang menggantikan Nenek untuk mengikuti program-program wajib yang harus diikuti semua wali murid seperti kegiatan parenting school, pengajian pekanan, dll.
Namun selama ini Fikri sedikit kecewa karena ia tidak bisa mengikuti program kunjungan ke rumah secara bergantian. Rumah tempat tinggal nenek dan Fikri tidak sebagus rumah teman-teman Fikri yang lainnya. Pak Toto guru SD Juara waktu itu pernah survey kerumah, namun nenek dan kakek meminta untuk tidak dikunjungi oleh para orang tua murid, karena situasi dan kondisi rumah.
Bisa disimpulkan bahwa rumah nenek kakek Fikri sudah tidak layak huni, karena Lantai-lantainya sudah rusak, dinding juga atap rumah kayu-kayunya sudah mulai keropos, seng yang digunakan banyak yang sudah karatan. Atap yang terbuat dari asbes nampak sudah mulai bolong-bolong termakan usia.
Penghasilan nenek dan kakek Fikri yang sangat sedikit tentu tidak dapat menutupi perbaikan rumah mereka. Saat ini nenek bekerja sebagai pedagang kue di lapangan jagung dan kakek berdagang ketupat di SDN 25. Dulu kakek sempat jualan berkeliling, tapi saat ini ia sudah tua dan tidak sanggup lagi. Saat ini Fikri memiliki satu impian, ingin membangun tempat tinggal yang layak bagi nenek kakeknya, ia tak pernah berhenti berdoa untuk mewujudkan impiannya.
“Aku ingin membahagiakan mereka, salah satu mimpiku adalah ingin membangunkan tempat tinggal yang lebih layak untuk Kakek dan Nenek, semoga Allah Swt melimpahkan rezeki dan umur panjang. Dalam setiap shalat-shalat, harapan dan mimpiku ini selalu aku bawa dalam do’a, disamping tetap mendo’akan kedua orang tuaku agar mereka kembali sadar. Semoga Allah Swt menurunkan pertolongan-Nya. Aku sangat yakin tidak ada yang tidak mungkin jika Allah telah berkehendak”, ungkap Fikri