Sebatangkara di Gubuk Reyot, Bantu Mbah Hamzah Hidup Layak
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Sekilas kondisi Mbah Hamzah (86 tahun) sudah sangat tak terurus, tubuhnya renta dan kesulitan dalam beraktivitas sehari hari. Tulang nya sangat terlihat jelas hanya terbalut dengan kulit.
Melihat kondisinya, para tetangga tidak tega. Mereka datang dan menyiapkan nasi sisa di samping tempat tidurnya agar mbah Hamzah bisa langsung makan.
“Kami cuma bisa bantu ini. Mbah Hamzah ndak mau dimasukkan ke panti jompo karena ini adalah rumah yang beliau buat dulu. Banyak kenangan dengan anak dan istrinya dulu,” kata tetangganya.
Mbah Hamzah pun sempat cerita kepada kami kadang tidak makan 2 hari karena tidak ada yang membantu.
“Kadang mas saya ndak makan sampe 2 hari karena gak ada yang memberi makanan,” kata mbah hamzah.
Sejak istri dan anaknya meninggal dunia, tak pernah sekalipun Mbah Hamzah pergi dari rumah itu. Padahal sudah banyak lubang di atapnya, tempat tidur dan barang dirumah mbah juga basah saat hujan turun.
Kepada kami mbah bercerita tentang hujan malam yang menakutkan dan membuat mbah tidak bisa tidur karena kebasahan terkena air yang mengalir dari atap rumahnya yang sudah banyak lubang itu.
Duduk di kursi, sendirian gak bisa ngapa-ngapain sampai hujan reda. “Rumahku ini atapnya sudah bolong jadi kalau hujan basah semua,”- kata Mbah Hamzah
“Kasihan lihat Mbah hidup seperti itu. Mbah juga gak punya kasur. Cuma ada ranjang terus ditumpuk baju-baju bekas. Disitulah Mbah tidur,”- tutur tetangganya.
Sebenarnya semua tetangga merasa maklum kalau Mbah menjadi sosok yang galak karena kesepian dan tak bisa apa-apa. Beraktivitas saja sudah susah, tidur pun Mbah ga nyenyak karena hanya ada ranjang yang ditumpuk pakaian bekas sebagai alas tidur.
Harapan Mbah sederhana ingin memperbaiki gubuk peninggalan istrinya dan hidup layak punya usaha dirumah agar bisa makan.
Sebatangkara di Gubuk Reyot, Bantu Mbah Hamzah Hidup Layak
terkumpul dari target Rp 100.000.000