
THR untuk pejuang nafkah lansia
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Lebaran adalah momen kebahagiaan yang sangat dinanti oleh setiap keluarga. Namun, dibalik kegembiraan yang menyelimuti hari raya, ada sebagian orang yang tetap berjuang tanpa lelah, bahkan di usia yang sudah senja. Mereka adalah pejuang nafkah yang tetap bekerja keras demi mencukupi kebutuhan hidup mereka dan orang-orang yang mereka cintai. Salah satunya adalah Abah Endang dan Abah Muchtar dua lansia yang meski sudah lanjut usia, tetap gigih mencari nafkah untuk keluarga.
Seperti kisah Abah Endang
Di sebuah sudut kota yang sederhana, terdapat sebuah usaha kecil yang dikelola oleh Pak Endang dan istrinya, Bu Mamah. Mereka membuka usaha setrika uap dan cuci pakaian di rumah mereka yang sederhana. Meskipun usianya sudah menginjak 78 tahun, Pak Endang tetap menjaga usahanya dengan penuh semangat. Begitu pula dengan Bu Mamah yang selalu cekatan menghaluskan pakaian untuk memenuhi permintaan pelanggan.
"Jasa Setrika Uap... 4000/kg" adalah spanduk yang terpasang di depan rumah mereka, tanda bahwa meskipun mereka sudah lansia, mereka tetap berusaha keras mencari nafkah. Usaha ini memang sederhana dan terkadang sepi pelanggan. Bahkan, pada satu titik, mereka harus menghadapi dua minggu tanpa pelanggan sama sekali. Hal ini membuat mereka terpaksa meminjam uang dari tetangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rumah mereka juga dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Setiap kali hujan, atap rumah bocor, dan dindingnya yang retak membuat air sering kali masuk. Mereka tinggal di rumah sempit bersama anak dan cucu mereka. Anak-anak Pak Endang bekerja sebagai pekerja lepas bangunan dan ojek online, hidup seadanya
.
“Ini kalau hujan, air suka masuk, apalagi di dindingnya, suka merembes ke dalam. Kalau kena angin besar juga takut rumahnya roboh,” ujar Bu Mamah dengan nada
sedih. Meski begitu, semangat Pak Endang dan Bu Mamah untuk terus berjuang tak pernah surut.
Pak Endang bahkan berjalan kaki mengantar dan mengambil pakaian pelanggan, meski tubuhnya sudah lelah. “Mau gimana lagi, Kendaraan nggak ada, jadi ya jalan kaki aja, kalau pakai ojek, uangnya bisa buat makan nanti,” kata Pak Endang dengan senyum kecil. Harapan mereka sederhana, jika ada rezeki lebih, mereka ingin memperbaiki rumah dan mengembangkan usaha cuci setrika mereka.
Dan sama halnya dengan Abah Muchtar
Di sisi lain kota, ada Abah Muchtar, seorang lansia berusia 68 tahun yang tidak pernah mengeluh meskipun hidupnya sangat sederhana. Tak ada pilihan bagi Abah selain mengamen di perempatan lampu merah untuk mencari nafkah. Dengan tubuh yang lemah dan tenaga yang terbatas, Abah tetap semangat bernyanyi, mengikuti irama musik dari radio tape yang didorongnya dengan boneka yang menari-nari untuk menghibur orang-orang yang lewat. Setiap hari, dari pagi hingga sore, Abah berdiri di depan lampu merah, berharap ada orang yang memberikan sedikit rezeki.
Penghasilan yang didapat Abah sangatlah kecil, hanya sekitar 20 ribu hingga 50 ribu rupiah per hari. Uang itu sebagian besar digunakan untuk membayar kontrakan rumah dan memenuhi kebutuhan hidup istri serta sekolah cucunya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Abah selalu berhemat. Kadang, makan hanya bisa dengan roti atau sebungkus nasi yang dibagi dua kali makan.
Abah tinggal di kontrakan sempit dengan istri dan dua cucunya yang masih kecil. Istrinya yang dulunya memiliki warung di kampung, kini hidup serba terbatas setelah warung bangkrut karena menantunya terlibat dalam kecanduan judi dan alkohol. Tak hanya itu, anak perempuan Abah, yang juga ibu dari cucu-cucunya, bahkan memilih untuk mengakhiri hidupnya karena stres. Kini, Abah lah yang menjadi tulang punggung keluarga.
"Kalau bukan Abah, siapa lagi yang mengurus cucu? Kasihan istri saya juga sudah nggak punya apa-apa," ujar Abah dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Istri dan cucu-cucu Abah sering menemani saat Abah mengamen, meski mereka hanya duduk diam di pinggir jalan sambil menunggu Abah memperoleh sedikit uang. Terkadang, mereka baru bisa makan setelah malam tiba.
Di tengah kehidupan yang penuh tantangan, Abah tetap tidak lupa untuk menyisihkan sedikit rezekinya untuk bersedekah di masjid. "Walaupun hidup susah, kalau ada rezeki, saya tetap sedekah, karena rezeki itu bukan cuma untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain," kata Abah dengan rendah hati.
Sahabat kebaikan mari kita gunakan momen Lebaran ini untuk berbagi kebahagiaan dengan mereka yang membutuhkan. Dengan sedikit bantuan, kita bisa meringankan beban Abah Endang, Bu Mamah, Abah Muchtar, dan banyak pejuang nafkah lainnya. Semoga dengan bantuan kita, mereka bisa merayakan Lebaran dengan hati yang lebih ringan, dengan harapan baru, dan semangat yang tak pernah padam
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Abah Endang dan Abah Muchtar serta kebutuhan lainnya. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.


THR untuk pejuang nafkah lansia
terkumpul dari target Rp 50.000.000