Praja Muda Karana atau yang lebih dikenal dengan PRAMUKA, teman-teman pasti sudah tahu apa sih funsi dan manfaat pramuka bagi anak-anak sekolah.

Sejak mulai berdirinya SD Juara untuk anak yatim dan dhuafa di Yogyakarta pada tahun 2009, gerakan pramuka SD Juara telah menorehkan beberapa prestasi yang cukup membanggakan meski latar belakang siswa/i SD Juara yang kurang dari segi ekonomi.

Diantaranya  yang terbaru di bulan November 2017 pada lomba regu penggalang LT III yang dilaksanakan kwartir cabang kota yogyakarta, regu putri berhasil menjadi juara 3 umum dengan memenangi beberpa perlombaan.

Sementara untuk regu putra berhasil menjadi juara 2 pada lomba memasak. Namun prestasi yang gemilang tersebut hingga saat ini dihadapkan dengan keterbatasan ketiadaan seragam pramuka yang dimili oleh siswa.

Saat ini siswa/i yang tergabung dalam regu siaga dan penggalang mencapai 147 anak. Secara rutin kegiatan pelatihan kepramukaan dan pbb dilaksanakan setiap minggunya, kemudian kegiatan persami (perkemahan sabtu minggu), pesta siaga, LT III dan kemah juara.

Mengingat semangat dan bukti prestasi tersebut alangkah sayangnya jika semua itu harus terkendala beberapa hal teknis terutama ketiadaan seragam pramuka yang notabene menjadi seragam wajib.

(Anak-anak sekolah juara yang selalu memakai baju Olah Raga ketika ada kegiatan Pramuka)

Selama ini setiap anak yang akan mengikuti kegiatan kepramukaan diiluar sekolah untuk seragam pramuka dipinjami dari sekolah. Sekolah juga tidak mungkin mewajibkan anak untuk membeli seragam sekolah secara pribadi mengingat latar belakang ekonomi peserta didik SD Juara berbeda dengan sekolah lain, dan hal ini juga menyalahi komitmen sd juara yang menyelenggarakan pendidikan gratis untuk kaum termajinalkan.

Sementara untuk mampu menyiapkan seragam dengan jumlah 147 anak sekolah bisa jadi mejadi nominal yang besar, namun jika satu donatur dapat ikut patungan untuk satu anak maka in syaa Allah akan terasa lebih ringan.

Semoga dengan sinergi banyak pihak mimpi indonesia untuk mampu menumpas kemiskinan dan keterbelakangan khususnya di dunia pendidikan semakin nyata terutama bagi mereka yang dianggap miskin karena keadaan (ekonomi, keterampilan, pendidikan) serta miskin karakter.