Menempuh Jarak 3 Jam Ke Rumah Sakit Demi Berobat Istri
terkumpul dari target Rp 50.000.000
“Saya kadang ingin nyerah karena gak kuat nahan sakit dan capek berobat ke rumah sakit. Tapi suami saya yang selalu setia mendampingi saya berobat dan selalu menguatkan saya." ungkap Bu Aad
"Umi minta maap Pak selalu merepotkan bapak dan mudah-mudahan bapak selalu diberikan kesehatan" Tambahnya sambil menangis memeluk sang suami
Sudah 2 tahun lamanya Ibu Tini atau yang lebih akrab di sapa Bu Aad menderita gagal ginjal. Kini hidup Bu Aad sepenuhnya bergantung pada cuci darah rutin seminggu 2 kali, setiap Rabu dan Sabtu.
Jika sekali saja terlewat, nyawanya bisa terancam. Biaya yang dibutuhkan untuk pulang pergi ke rumah sakit cukup besar karena jaraknya yang cukup jauh. Belum lagi ada saja obat yang harus ditebus karena tidak di cover BPJS.
"Dari kampung menuju kerumah sakit sekitar 3 jam, lumayan jauh Mas. Karena perjalanan jauh saya terpaksa mengikat badan istri saya ke badan saya" Ujar Pak Ahudin, Suami dari Bu Aad
Semangat dan perjuangan Pak Ahudin untuk membawa sang istri berobat sangat luar biasa, dari pelosok Tasikmalaya menuju Kota memerlukan waktu yang sangat panjang, dengan akses jalan berkelok kelok dan jalan bebatuan, tak membuat Pak Ahudin patah semangat untuk selalu membawa berobat sang istri. Karena motor yang digunakan motor lama, tak jarang motor yang digunakannya mogok ataupun kempes ketika dalam perjalanan.
"Motor yang saya pake motor pinjaman dan motor sudah tua. Kalau mogok saya dorong motornya sampe bengkel lalu saya tinggalin motor dan KTP karena saya gak punya uang untuk memperbaiki" Ujar Pak Ahudin
Sehingga seringkali tanpa segan beliau mencari tumpangan ditepi jalan. Rasa malu sudah tidak Ia hiraukan, semua dilakukan semata-mata demi sang istri bisa berobat.
Dulu Pak Ahudin berprofesi sebagai tukang bangunan, namun semenjak sang istri sakit beliau tidak lagi menerima panggilan kerja bangunan. Dikarenakan harus merawat istrinya. "Kalau kerja bangunan kan setiap hari dari pagi sampe sore, kadang harus keluar kota berminggu-minggu. Sedangkan istri saya kondisinya lagi sakit, gak ada yang nemenin untuk berobat" Tambahnya
Sungguh berat beban Pak Ahudin, penghasilan nya tentu jauh dari kata cukup bahkan untuk sekedar makan pun. Tak jarang Pak Ahudin harus menahan lapar ketika jadwal sang istri berobat, alasannya untuk berhemat. Bahkan sering kali obat yang harus dikonsumsi sang istri tidak ditebusnya karena tidak ada biaya.
Setiap hari Pak Ahudin harus memutar otak agar setiap minggu Ia dapat membawa sang istri untuk mendapatkan cuci darahnya.
Lahan tanah dan harta benda yang lainnya sudah dijualnya untuk biaya pengobatan sang istri dan usaha warung kelontong dirumahnya pun bangkrut karena modalnya digunakan untuk berobat.
Bu Aad berprofesi sebagai guru ngaji di Madrasah Diniyah, semasa ia mengajar tidak pernah mengharapkan imbalan sepeserpun. Meskipun saat ini dalam kondisi sakit, Bu Aad masih mengajar 3 kali dalam seminggu.
Dengan semangat yang menyala di hati Pak Ahudin, beliau selalu berdoa "Semoga Allah selalu memudahkan ikhtiar kami untuk berobat, apapun akan saya lakukan demi istri saya sembuh"
Disamping itu mereka ingin sekali mempunyai usaha kecil kecilan seperti warung kelontong di rumahnya untuk menambah penghasilannya.
Sahabat Kebaikan, Pak Ahudin telah berjuang melebihi batas kemampuannya. Sekarang giliran kita untuk membantu mereka agar sang istri bisa terus melanjutkan pengobatannya.
Kebaikan dari sahabat semua sangat membantu meringankan beban yang selama ini mereka pikul dengan berat.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi keperluan pengobatan Bu Aad dan memenuhi keperluan lainnya. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program ambulance gratis dan penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement
Menempuh Jarak 3 Jam Ke Rumah Sakit Demi Berobat Istri
terkumpul dari target Rp 50.000.000