“Yang saya takutin kalo pas lagi tidur rumah ini tiba-tiba roboh dan nimpa kami. Makanya saya sering begadang jagain keluarga."
Sambil tertunduk, Pak Ateng bercerita bagaimana kesulitan yang dihadapi keluarganya. Pak Ateng (51) dan Bu Dairah (48) adalah sepasang suami istri yang bekerja sebagai buruh tani. Mereka biasanya mendapatkan penghasilan setiap 3 bulan sekali menunggu musim panen dan tanam.
Penghasilan yang didapatkan kurang lebih 2 juta per 3 bulan atau hanya 20 ribuan per hari. Uang ini harus digunakan untuk makan 7 anggota keluarga dan kebutuhan lainnya.
"Saya yang salah, karena masa depan anak-anak saya jadi suram. Semuanya putus sekolah dan harus tinggal berhimpitan dalam kemiskinan, " ucap Pak Ateng dengan mata berkaca-kaca.
Mereka harus tinggal di rumah panggung yang sudah miring berukuran 4 x 5 meter, tidur berhimpitan, tiang-tiangnya sudah lapuk dan keropos, atapnya bocor dimana-mana. Bahkan toiletnya pun tidak layak, tanpa atap, hanya ditutupi spanduk dan kain bekas.
Miris sekali melihat kondisi keluarga Pak Ateng. Insan Baik, mari bantu wujudkan mimpi Pak Ateng memiliki tempat tinggal yang layak dan kita putus rantai kemiskinan masa depan dalam keluarganya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk renovasi rumah dan toilet keluarga Pak Ateng, serta untuk penerima manfaat lainnya di bawah naungan Amal Baik Insani.