Atresia Bilier, Ancam Nyawa Rayyan Bayi 7 Bulan
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Rayyan Alfarizqy, balita 7 bulan asal Pontianak, Kalimantan Barat berjuang melawan penyakit Atresia Bilier.
Rayyan terlahir normal dengan berat badan 3,4 kg dan tinggi badan 50 cm. Namun sejak lahir kondisi mata Rayyan terlihat kuning. Seperti orangtua pada umumnya, pak Sastrawan (39) dan ibu Jumiyati (31) berpikir kalau hal itu bukan apa-apa.
Karena kondisi itu sering terjadi pada bayi yang baru lahir dan mereka hanya berusaha menjemur Rayyan setiap pagi supaya mata Rayyan tidak terlihat kuning lagi.
Hari demi hari orang tua Rayyan ingin ada perubahan, sayangnya tidak ada. Saat usia Rayyan 4 bulan orang tuanya memberanikan diri membawa Rayyan ke klinik dan memeriksanya, tapi mereka tidak mendapatkan hasil apapun.
Bulan Agustus 2022 Rayyan mengalami muntah darah dan BAB darah. Orang tuanya panik dan langsung membawa Rayyan ke Rumah Sakit Antonius. Rayyan pun menjalani rawat inap selama 1 minggu dan menjalani berbagai pemeriksaan.
Dari pemeriksaan tersebut, dokter menduga bahwa Rayyan menderita Atresia Bilier.
“Sebagai orang tua, kami sangat sedih mengetahui anak kami menderita Atresia Bilier. Saya dan suami sampai tidak bisa tidur memikirkan bagaimana cara mendapatkan uang untuk biaya pengobatan sedangkan untuk makan di Jakarta saja kami masih sulit”- bu Jumiyati.
Selama beberapa bulan ini rutinitas pak Sastrawan dan bu Jumiyati hanya bolak-balik Rumah Sakit karena kondisi Rayyan sering drop. Bahkan sampai menjalani rawat inap selama 1 bulan, transfusi darah merah sebanyak 17 kali dan transfusi albumin 5 kali.
Semakin hari perut Rayyan semakin membesar dan dokter merujuk Rayyan ke RSCM Jakarta pada bulan Oktober 2022 untuk menjalani pengobatan yang lebih baik. Selama pengobatan, Rayyan juga sudah menjalani 9 transfusi darah karena sempat mengalami BAB darah.
Sekarang keluarga kecil ini tengah berjuang di Jakarta dengan perbekalan seadanya. Dan mereka harus meninggalkan Nabila (kakak Rayyan, 7 tahun) yang baru masuk SD dan harus mereka titipkan kepada saudara.
Penghasilan tidak menentu sebagai buruh serabutan di Kalimantan sangatlah tidak mencukupi untuk biaya pengobatan Rayyan. Dalam sebulan saja penghasilah paling besar yang didapat pak Sastrawan tidak lebih dari 2 juta kadang-kadang hanyak 500 ribu perbulan.
Penghasilan tersebut habis ia bagi untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan sekolah anaknya. Sedangkan selama di Jakarta, pak Sastrawan tidak bekerja karena focus menemani pengobatan Rayyan yang hampir setiap hari menjalani kontrol ke Rumah Sakit. Bu Jumiyati sendiri hanyalah ibu rumah tangga.
Mereka telah banyak mengeluarkan biaya untuk pengobatan Rayyan sampai mereka menjual perhiasan, menjual barang bahkan sampai meminjam uang ke saudara.
Mereka tidak ingin menyerah, tapi semakin kesini semakin banyak kebutuhan Rayyan yang diperlukan dan tidak di cover BPJS seperti obat obatan, susu khusus, pampers dan kebutuhan lainnya.
Kini mereka benar benar sedang binggung membagi uang untuk kebutuhan sekolah dan biaya makan anak mereka di Pontianak, biaya hidup mereka di Jakarta dan biaya pengobatan Rayyan yang teramat besar.
Sedangkan bekal mereka ke Jakarta benar-benar sudah hampir habis. Bahkan tagihan Rumah Sakit di Pontianak hingga puluhan juta belum lunas karena selama pengobatan di Pontianak belum menggunakan BPJS.
Harapan orang tua hanya ingin Rayyan sembuh sehingga bisa tumbuh sehat seperti anak-anak lainnya. Mari kita bantu ringankan beban Rayyan dan orang tuanya selama masa pengobatan dengan berdonasi melalui campaign ini. Karena bantuan dari kalian sangat bermanfaat dan sangat membantu mereka.
Atresia Bilier, Ancam Nyawa Rayyan Bayi 7 Bulan
terkumpul dari target Rp 50.000.000