Bertahan Hidup Hanya Memakan Pisang
terkumpul dari target Rp 75.000.000
Abah Warsim (77) seorang Lansia yang telah tua renta berjuang hidup sendiri di sebuah gubuk tak layak huni.
Bertahan hidup dengan bermodalkan menjual pisang hasil berkebun. Kalau tak laku, semua pisang dimakan demi kenyangkan perut.
“Ya Abah mah punya uang kalau jual pisang aja, itu juga kalau ada yang beli. Kalau ga ada yang beli mah ya dimakan aja sama Abah. Sayang juga kalo tidak dimakan, nanti busuk”, ujar Abah Warsim.
Dengan penghasilan yang sedikit dan tak tentu itu, ia harus mengeluarkan biaya listrik sebesar 30 ribu setiap bulannya, belum lagi untuk makan sehari-hari. Terkadang ada tetangga yang berbaik hati memberi makanan untuk Abah karena merasa iba.
Diusia nya yang tidak muda lagi Bah Warsim sering beribadah dan berdoa untuk anak anak nya yang bekerja diluar Kota.
“Abah mah pengennya hidup bareng cucu, anak, dan dicukupkan. Udah itu aja aja”, ucap Abah Warsim dalam setiap do'anya.
Kata-kata itu terdengar sederhana, namun kita yang mendengar dan menyaksikan Abah Warsim secara langsung kala itu merasa sedih. Bagaimana tidak, melihat Kakek tua yang sudah renta, tubuhnya bungkuk, serta harus hidup sebatang kara di gubuk yang hanya beralaskan tanah dan berdinding bambu serta banner bekas. Jauh sekali dari kalimat “menikmati masa tua”.
Ya, Abah tinggal sendirian di gubuk sederhana itu. Gubuknya berada jauh dari pemukiman warga, tepatnya ada di tengah - tengah kandang kambing yang dikelilingi kebun milik orang lain. Di gubuknya hanya ada 2 lampu, yang mana listriknya menumpang dari rumah salah satu warga dengan membayar 30 ribu perbulan.
Tak ada ruangan-ruangan di gubuknya itu, bahkan kamar mandi pun tak ada, sehingga untuk keperluan mandi, cuci, dan kakus ia harus menumpang juga ke rumah warga. Jika malam ia ingin pergi ke kamar mandi, ia harus menggunakan senter karena harus berjalan melewati jalanan yang gelap. Tak hanya itu, kasur untuk tidur pun beliau tak punya. Ia tidur di atas papan dengan beralaskan kain.
Abah Warsim sebetulnya memiliki 3 orang anak, namun semuanya berada jauh di luar kota. Beliau menuturkan bahwa anak-anaknya juga hidup dalam kesusahan, sehingga mereka jarang sekali pulang atau mengirimnya uang.
Sahabat Berbagi, mari kita kirimkan do'a serta bantuan dan tak lupa dukungan untuk Abah Warsim agar mampu tersenyum bahagia dipenghujung perjuangan hidupnya. Kita wujudkan harapan beliau dengan membangunkan rumah dan bantuan sehari - hari agar Abah Warsim bisa hidup nyaman di masa senjanya, dengan cara klik "Donasi Sekarang"
Bertahan Hidup Hanya Memakan Pisang
terkumpul dari target Rp 75.000.000