Mbah Wagirah (87) tinggal sebatang kara dan menjadi buruh pembuat ecobrick (daur ulang sampah plastik). Dari hasil penjualannya, Mbah Wagirah hanya dapat upah Rp10.000 sehari.

Saat matahari terbit, Mbah Wagirah mulai memilah sampah, memotong bungkus-bungkus kemasan yang telah dibersihkan, lalu memasukkannya ke dalam botol plastik.

Setiap kali mengantarkan ecobrick itu, Mbah Wagirah harus berjalan dengan sendal jepit yang sudah tipis dan menempuh belasan kilometer. Seringkali kakinya merasa sakit. Mirisnya, tak setiap hari jualannya itu laku.

Harapan Mbah Wagirah ingin punya warung di gubuk sederhananya agak kondisi ekonominya lebih baik dan bisa memenuhi kebutuhan pokoknya. Yuk temani perjuangan Mbah Wagirah punya modal usaha!