Dua Lansia Dhuafa Bertahan Hidup Di Gubuk Yang Mau Roboh
terkumpul dari target Rp 108.500.000
"Saya ikhlas, yang penting di usia tua saya ini, saya selalu diberi kesehatan dan panjang umur agar saya dapat merawat Mak Ejah, kalau bukan saya siapa lagi?", ujar Mak Arni sambil mengusap air mata.
Sungguh pilu, di usia yang sudah sepuh. Dua lansia kakak-beradik ini harus berjuang untuk sekedar bertahan hidup. Mak Ejah (60 tahun), sudah 2 tahun ini lumpuh dan hanya dapat terbaring tak berdaya. Mak Arni (65 tahun), sang kakak selalu setia merawat sang adik dalam kondisi yang serba terbatas. Setiap hari, Mak Arni harus menyiapkan kebutuhan sang adik, dari mulai memasak, menyuapi, memandikan dan bahkan membersihlan kotoran.
Di usianya yang sudah senja, seharusnya mereka menikmati masa tuanya bersama orang terkasihnya dan tinggal di rumah yang layak. Namun, takdir berkata lain, suami Mak Ejah sudah lama meninggalkan beliau dan anak semata wayangnya telah meninggal dunia dikarenakan sakit. Sama nasibnya dengan Mak Arni, beliaupun ditinggal suami namun selama pernikahannya tidak di karuniai keturunan.
Mereka berdua tinggal di sebuah gubug reyot yang jauh dari kata layak. Beberapa bagian bilik dindingnya sudah rusak temakan usia dan kayu-kayu penopangnya sudah miring. Saat malam hari tiba, udara dingin menembus kulit mereka yang sudah keriput. Mereka tidur tanpa beralaskan kasur.
Untuk keperluan sehari hari, mereka hanya mengandalkan belas kasih dari tetangga. Jika hanya ada sedikit makanan, terpaksa Mak Arni harus menahan lapar asalkan sang adik dapat makan dihari itu.
"Bukannya saya tidak mau bekerja, tapi siapa yang merawat Mak Ejah. Dia tidak bisa ditinggalkan. Sesekali saya keluar hanya untuk cari kayu bakar untuk masak", ujar Mak Arni.
Dulu, sebelum Mak Ejah sakit, mereka berdua berprofesi sebagai buruh tani. Namun, semenjak Mak Ejah jatuh sakit, aktivitas Mak Arni hanya difokuskan untuk merawat sang adik. Sebelumnya, Mak Ejah sempat ditinggal untuk bekerja karena Mak Arni pun tidak mau terus-terusan mengandalkan bantuan dari orang lain. Namun, sang adik terus memanggil nama Mak Arni dan sering melantur jika ditinggalkan. Ditambah, saat ini pun, kondisi kesehatan Mak Arni tak mampu lagi untuk bekerja sebagai buruh tani.
Di usia rentanya tersebut, mereka sangat berharap bisa hidup dan tinggal di rumah yang layak serta kebutuhan untuk makan sehari-hari dapat terpenuhi.
SahabatKU, bantuan darimu tentu akan memberikan kebahagiaan untuk mereka di ujung usianya. Yuk bantu mereka dengan sedekah terbaik dari sahabat semua dengan klik DONASI SEKARANG dan jangan lupa sebarkan kisah ini agar lebih banyak yang membantu.
Disclaimer: Dana yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok Mak Arni dan Mak Ejah, bedah rumah dan kebutuhan lainnya. Juga untuk para menerima manfaat lainnya yang membutuhkan, di bawah naungan Program Yayasan Sinergi Kebaikan Ummat.
Dua Lansia Dhuafa Bertahan Hidup Di Gubuk Yang Mau Roboh
terkumpul dari target Rp 108.500.000