
Kado Lebaran Untuk Penjual Balon Lansia
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Dari pagi baru laku satu, pecah 2 balon. Abah harus ganti balon yang pecah ke bos." Ujar Abah Saripudin ketika kami temui pada sore hari
“Balon…balon……balon"
Suara itu terdengar lirih. Sesekali ia terbatuk-batuk. Sesekali ia juga mencoba berteriak lebih kencang, tapi rasanya suara itu sama saja.
Setiap hari dari pagi hingga sore Abah Sarpudin (60tahun) harus menempuh jarak sejauh 25 km untuk menjual balon. Sudah puluhan tahun ia melakoni pekerjaan ini. Namun, kini fisiknya mulai melemah.
Balon yang dijualnya bukan miliknya, ia hanya menjualkan saja, setiap berangkat Abah membawa 15 balon kadang lebih, balon dijual seharga Rp 15.000.
Abah mendapat keuntungan Rp.5.000-Rp.7.500 jika balon nya terjual. Dagangan yang Abah bawa tidak habis dalam sehari, bahkan sering sekali Abah pulang dengan tangan kosong lengkap dengan tubuh yang kelelahan.
Sering kali Abah Saripudin menahan lapar jika balon nya belum laku. Jika terasa lapar ia hanya dapat berdiam diri di tepi jalan berharap ada orang yang menghampirinya untuk membeli balon.
"Kalau ada rezekinya Abah ingin pulang kampung buka usaha disana agar bisa kumpul bersama istri" Tambahnya
Besar harapan Abah Saripudin bisa hidup layak. Bisa makan hari ini tanpa perlu khawatir besok makan apa seperti kebanyakan orang. Ia juga ingin beristirahat dan pulang kampung dari lelahnya berjualan balon.
Meskipun banyak pengalaman pahit dalam hidupnya. Kakek Yanis (64 tahun) selalu tampak tersenyum menjalani harinya. Kakek hidup sendirian dirumah kontrakan, sang istri sudah lama meninggal dan anak beliau sudah menikah dan tinggal terpisah dengan Kakek. Ia tidak ingin merepotkan keluarganya.
Untuk makan sehari hari Kakek Yanis berjualan balon milik orang lain, namun karena penghasilannya tidak dapat mencukupi.
Iapun menyambi sebagai tukang parkir, bukan hanya itu Kakekpun membantu para pedagang di sekitarnya untuk menyiapkan dagangannya dengan upah alakadarnya. Setiap hari Kakek tiba ditempat berjualannya pukul 4 subuh dan pulang pukul 9 malam.
Dalam ikhtiar Kakek menjemput rezeki, beliau masih menyisihkan waktu untuk mengabdikan diri membersihkan masjid yang tak jauh dari tempat jualannya. Beliaupun dikenal orang sekitar ramah, rajin beribadah dan banyak membantu orang.
"Duka dijalanan banyak dek, pernah balonnya terbang semua. Terpaksa kakek harus ganti rugi ke pemiliknya. Kadang ada juga yang ambil balon dulu, nanti dibayar. Tapi si pembeli tak kunjung datang. Pernah juga di tipu orang. Ya.. mungkin bukan rezeki saya" Ucap Kakek sambil tersenyum.
Kebaikan dan kesabaran hati Kakek Yanis hidup dalam kesederhanaan, begitu menginspirasi. Kalaupun ada satu keinginan yang harapannya bisa dikabulkan, jawabannya hanyalah ingin mempunyai modal sendiri untuk berjualan.
"Mak sering menahan lapar hingga perut keroncongan kalau jualannya tidak laku. Apalagi sekarang musim hujan, kadang gak ada yang beli sama sekali, sampai kadang balonnya kempes dan gak bisa dijual lagi." Ujar Mak Yoyoh
Setelah sang suami meninggal dunia karena kecelakaan beberapa tahun lalu, Mak Yoyoh (65 tahun) harus banting tulang mencari nafkah dengan berjualan balon. Balon itulah yang sekarang menjadi harapan untuk beli makan dan membayar kontrakan.
Meski tubuh dan kakinya sudah mulai lelah, Mak Yoyoh masih coba bertahan jualan balon keliling. Pekerjaan ini sudah dilakoninya selama puluhan tahun dan masih bertahan sampai sekarang meski dalam keterbatasan. Begitulah rutinitas Mak setiap hari. Tak ada hari libur baginya.
Dengan menggunakan alat bantu, ia berjalan tertatih tatih menahan sakit menjajakan dagangannya. Mak tidak bisa jalan jauh dan lama, karena sakit asam urat yang diidapnya, dan ia juga sempat terjatuh yang mengakibatkan kondisinya jadi seperti sekarang ini. Sering kali ia harus duduk lama untuk meredakan sakit di kakinya, sambil berharap ada orang lewat yang membeli balon nya.
Balon yang ia jual harganya 15ribu, untung yang didapat hanya 5ribu saja per-balonnya. Dalam sehari Mak hanya memperoleh 20-30ribu.
Keinginan Mak pun sederhana sekali, hanya ingin punya warung, supaya ia tak perlu jalan jauh karena kondisi kakinya. Dan juga biaya untuk pengobatan kaki nya supaya lebih membaik.
Sahabat Kebaikan, begitu berat perjuangan Mereka di usia senjanya karena masih harus banting tulang mencari nafkah meski dalam keterbatasan. Di hari raya idul fitri nanti, yuk berikan kado lebaran untuk mereka, sekecil apapun bantuan yang sahabat berikan, Insya Allah akan banyak bermanfaat untuk membantu Mereka untuk menjalani kehidupan dengan lebih layak.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk Program Kado Lebaran untuk para pejuang nafkah lansia seperti Abah Saripudin, Kakek Yanis dan Mak Yoyoh. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan global sedekah movement.
Kado Lebaran Untuk Penjual Balon Lansia
terkumpul dari target Rp 100.000.000