
Apresasi Hari Pahlawan, Jangan Lupakan Mereka!
terkumpul dari target Rp 200.000.000
Mereka tak lagi berjuang melawan penjajah, namun masih harus berjuang melawan kerasnya lika-liku kehidupan dengan segala keterbatasannya. Layaknya seorang pejuang, mereka pun pantang untuk mengharapkan imbalan atau meminta belas kasihan untuk sekedar melanjutkan masa tua mereka.
Beliau bernama Pak Gordianus Gudipun (88 tahun). Di usia 23 tahun, beliau memberanikan diri untuk bergabung sebagai tentara pejuang.
Dengan mengusung slogan merdeka atau mati, beliau berhasil ikut membela negeri ini dari pemberontakan dan penjajahan belanda.
Dengan ingin meneruskan semangat perjuangan 45, beliau meninggalkan kampung halamannya Flores-NTT. Tak terhitung banyaknya perjuangan yang pernah beliau ikuti. Perjuangan melawan Pemberontakan PRRI di Sumatra Barat, Pemberontakan DI TII di Garut dan Operasi Trikora melawan pendudukan Belanda di Irian Barat (Papua) pernah beliau lewati.
“Hampir 200 orang kawan kawan seperjuangan saya banyak yang gugur ketika melawan penjajah di Irian Barat. Saya juga pernah tertembak di bagian dada, tapi Puji Tuhan saya masih selamat dan Tuhan masih memberikan saya umur untuk berjuang” ujar Pak Gordianus
Peristiwa Irian Barat adalah moment yang tak terlupakan bagi beliau.
“Saya tidak percaya bisa keluar dari hutan setelah tertembak dengan kondisi masih hidup. Beruntung saya dibantu oleh kawan saya. Saya cuma bisa nangis, berharap saat itu bisa memeluk keluarga" Tambahnya
Dengan sumpah prajurit yang beliau pegang tidak boleh menyerah oleh penjajah belanda dalam kondisi apapun.
Pak Tata Atik beliau adalah Veteran Pejuang 45, beliau tercatat sebagai veteran paling tua di Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) Kota Bandung. Saat ini berusia 122 tahun.
Di usia senjanya, ingatan Pak Tata masih lekat terhadap berbagai pertempuran. Fisiknya sudah semakin ringkih, namun beliau masih bersemangat ketika menceritakan pahit getir perjuangannya dulu.
Dengan suara yang bergetar dan lantang, beliau menceritakan tentang masa lalunya melawan para penjajah dengan penuh emosional dan semangat.
Tak terhitung banyaknya perjuangan yang pernah beliau ikuti. Perjuangan melawan Belanda, Jepang, sekutu dan pemberontakan DI TII pernah beliau lewati.
Pak Tata dan pejuang lainnya harus berangkat untuk membela negara tanpa dapat berharap untuk pulang. Senjata yang dipakai hanya bambu runcing, melawan senjata api para penjajah. Beliau bertutur, banyak kawan seperjuangannya yang gugur.
“Kami dulu berjuang rela tinggalkan keluarga, tak pernah memikirkan nyawa kami. Modal perang Cuma badan dan bambu runcing di tangan" ujar Pak Tata
Ada beberapa luka yang pernah dialami dan membekas. Namun, ia tak menyesalinya. Beliau bangga pernah jadi bagian Indonesia dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan dari berbagai musuh.
Ia berharap perjuangannya dan apa yang dilakukan para pejuang lainnya dikenang. Harapan lebih besarnya, ia ingin generasi muda memiliki semangat besar bak pahlawan dalam mengisi kemerdekaan dengan ragam kegiatan positif.
Beliau adalah Pak Iri Arifin (95 tahun) veteran pejuang 45. Tepatnya di usia 16 tahun ia memutuskan untuk bergabung dan mengabdikan dirinya menjadi pejuang Laskar Rakyat untuk berjuang melawan Jepang dan kolonial Belanda.
Meskipun sekarang berusia senja, ingatan akan masa perjuangan dulu masih terekam dengan jelas.
"Dulu perang hanya dibekali keberanian dan rasa nasionalisme yang tinggi. Saat musuh datang mereka membawa senjata lengkap, sementara kita hanya pakai golok dan bambu runcing," Tambahnya
Beliau masih ingat satu lagu selama penjajahan Jepang. Lagu tersebut dinyanyikan beliau. Menurutnya, lagu tersebut sering dinyanyikan oleh marinir dan angkatan laut Jepang. Beliau kenal lagu tersebut dari salah satu tentara Jepang.
Meski sekarang mereka sudah sangat renta, namun mereka teramat bangga pernah menjadi bagian dari perjuangan bangsa Indonesia.
Kini mereka tinggal di rumah susun di daerah Bandung. Dihari tuanya, tak banyak yang bisa mereka lakukan selain bersabar dan bersyukur.
Sahabat Kebaikan, di Hari Pahlawan 10 November 2022 mendatang, Kami mengajak sahabat semua untuk memberikan apresiasi untuk Pak Gordianus, Pak Tata, Pak Iri dan para pejuang lainnya.
Meskipun, tentu apa yang kita berikan nanti tidak akan sebanding dengan perjuangan mereka. Mari kita tunjukan kepedulian kita, memberi tanda cinta untuk mereka semua atas perjuangan mereka demi membela negara.
Disclaimer : Apresiasi di Hari Pahlawan 10 November ini, akan menyalurkan apresiasi dalam bentuk program Bedah Rumah para veteran, Paket Sembako, Pembelian Alat Bantu Dengar, pembelian Kacamata, bantuan kesehatan dan kebutuhan lainnya serta para penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.

Apresasi Hari Pahlawan, Jangan Lupakan Mereka!
terkumpul dari target Rp 200.000.000