
Kisah Lansia sebatang kara di gubuk kecil
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Saya cuma bisa berusaha dari rumah aja, jualan jajanan anak agar bisa beli nasi" ujar Pak Erwin (58 Thn) sambil berkaca-kaca.
Perkenalkan beliau adalah Pak Erwin, saat ini kaki kiri beliau tidak bisa digerakan, akibat jatuh di tempat kerja nya belasan tahun yang lalu, hidup sebatang kara di gubuk kecil berukuran sekitar 2 meter persegi, yang tentunya tidak layak huni, lebih pantas dikatakan seperti pos kamling di kampung.
Dahulu beliau bekerja di kota sebagai buruh pabrik, namun dikala itu beliau mengalami kecelakaan kerja yang menyebabkan kaki nya sekarang lumpuh. Sudah lama melakukan pengobatan namun tidak kunjung sembuh, sampai beliau ditinggalkan oleh istri dan anak nya. Dan akhirnya Pak Erwin pulang ke kampung tempat orang tua nya.
Dan ketika sampai di kampung, Pak Erwin sudah tidak bisa menemukan orang tua nya, dikatakan oleh warga sekitar sudah meninggal, dan rumah peninggalan orang tua nya pun sudah dijual, yang membuat Pak Erwin kebingungan harus kemana lagi, ditambah dengan kondisi kaki yang pincang, membuat beliau tidak bisa untuk bepergian jauh.
Sampai akhirnya ada warga yang memberi beliau tempat tinggal, namun hanya sepetak tanah kecil di pinggir kali dan dibangun lah sebuah gubuk kecil, sudah 5 tahun Pak Erwin tinggal di gubuk kecil ini, terkadang beliau pergi untuk sekedar mencari kerja, namun tidak ada yang mau mempekerjaka nya, karena orang lain pun melihat apa yang bisa dilakukan oleh orang tua pincang seperti beliau.
Sungguh prihatin, namun beliau tidak pantang menyerah, saat ini beliau berusaha kecil-kecilan dengan menjual jajanan anak dari gubuknya, di tempatnya memang banyak sekali tetangga anak-anak jadi mungkin Pak Erwin melihat peluang itu, meskipun penghasilan yang didapat hanya bisa untuk beli nasi dan air minum.
Terkadang kalau tak ada pembeli, pak Erwin sampai tidak makan seharian, dan untuk air minum pun, beliau memasak air dengan botol plastik yang dibakar, karena air pun didapat hanya dari kali, sungguh miris, warga sekitar pun terkadang ada yang memberikan nya air bersih atau makanan, namun itu pun tidak setiap hari didapatkan, mengingat warga sekitar pun bukan dari kalangan orang berada.
Banyak cerita dari Pak Erwin selama 5 tahun tinggal di gubuk kecil ini, sampai pernah tongkat nya hanyut di kali ketika beliau sedang di toilet, toiletnya pun hanya bilik dari kayu yang dibangun di pinggir kali, dan airnya dari kali itu sendiri. Sampai pernah sering jatuh ketika sedang berjalan, dimanapun itu, karena beliau sering kelelahan karena menahan lapar.
Harapan Pak Erwin hanya ingin mempunyai tempat tinggal yang layak dan mempunyai barang dagangan yang lebih banyak, agar pendapatannya pun meningkat.
Sahabat kebaikan, diusia senjanya Pak Erwin masih harus berjuang dan sering menahan lapar. Diluar sana masih banyak lansia dhuafa yang kini hidup dalam keterbatasan. Untuk itu, yuk kita sisihkan sebagian rezeki yang kita miliki agar mereka bisa tersenyum disisa usianya.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha dan membangun rumah Pak Erwin serta kebutuhan lainya. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan Global Sedekah Movement.

Kisah Lansia sebatang kara di gubuk kecil
terkumpul dari target Rp 50.000.000