
Bantu Panti Laswi Mengurus 26 Lansia Yang Ditelantarkan Keluarga
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Bapak kangen sama keluarga, pengen sekali dikunjungi"- Ujar Pak Ence (69 tahun) salah satu lansia yang ada di panti jompo ini sambil menangis.
Ia menceritakan kisah pilunya, sudah setahun lebih ia tidak pernah dikunjungi bahkan dihubungi oleh keluarganya.
Lansia dhuafa asal Subang ini bercerita, awalnya sang anak mengatakan ingin mengajaknya berkunjung ke rumah salah satu kerabat di Bandung. Namun, pak Ence malah dibawa ke panti jompo dan sampai saat ini ia tidak pulang-pulang.
Begitu sampai, Pak Ence tak henti menangis dan menolak untuk tinggal di panti tersebut. Sayang, tubuh rentanya tak lagi kuat untuk menahan keputusan sang anak untuk meninggalkannya di panti jompo.
Kisah pilu lainnya datang dari Mak Ade (84 tahun), hampir 3 tahun tinggal di panti. Ia diantar ke panti jompo karena konflik keluarga yang membuat Mak tak bisa lagi tinggal bersama keluarganya.
“Mak sadar diri, daripada ngerepotin keluarga terus, lebih baik Mak tinggal disini saja"- Ungkapnya.
Kini kondisi Mak Ade kian hari kian menurun, penglihatannya sudah terganggu dan tubuhnya pun sudah semakin ringkih dan membungkuk.
Menurut Bu Lina pengurus panti, saat ini ada 26 lansia yang ditampung di panti, tidak semuanya dalam keadaan sehat. Kebanyakan kondisi fisiknya sudah sangat memprihatinkan.
Banyak yang sudah pikun, ada pula yang sering murung dan tak semangat hidup karena kesepian. Seperti halnya Pak Deni dan Pak Bambang yang sakit stroke, segala aktifitasnya harus dibantu oleh pengurus panti.
Sayangnya sejak pandemi kebanyakan dari donatur tetap yang selalu membantu mereka berhenti. Para pengurus panti harus berjuang mencari donatur agar bisa terus merawat dan memenuhi kebutuhan para lansia sesuai yang dibutuhkan.
Tak jarang pengurus panti menggunakan dana pribadi bahkan meminjam dana kesana kesini untuk memenuhi kebutuhan panti.
"Dalam sehari kebutuhan makan di panti 300-400 ribu, belum termasuk popok, obat-obatan, vitamin dan kebutuhan lainnya yang cukup mahal. Kadang kami takut tidak bisa mencukupi kebutuhan mereka lagi"- Ujar Bu Lina.
Kendala lain, beberapa dari mereka tidak punya identitas karena terlantar, jadi jika sakit harus menggunakan jalur umum untuk pengobatannya karena tidak mempunyai BPJS. Belum lagi jika ada penghuni panti yang meninggal dunia, mereka harus mengeluarkan dana sekitar 3juta untuk biaya pemakaman.
"Bulan Oktober lalu ada 4 orang yang meninggal, terpaksa saya harus pinjam sana sini untuk biaya pemakaman"- Ujar Bu Lina.
Kisah sedih ini merupakan kisah pilu dibalik kehadiran para lansia di Panti Jompo Laswi, panti jompo yang sudah berdiri sejak tahun 1980. Bu Lina ialah generasi ke 3 yang melanjutkan mengurus panti. "Amanah dari almarhun Nenek, panti ini harus tetap ada dan terus berjalan untuk merawat para lansia".
Panti Jompo Laswi Bandung berdiri atas kepeduliaan mereka karena melihat banyaknya para lansia yang terlantar.
Sahabat Kebaikan, melihat begitu besar perjuangan para pengurus panti agar para lansia untuk dapat terus melanjutkan hidup, mari bersama kita bantu berikan hidup yang lebih baik untuk mereka di ujung usianya.
Bantu Panti Laswi Mengurus 26 Lansia Yang Ditelantarkan Keluarga
terkumpul dari target Rp 50.000.000