
Pilu Jual Balon Sepi Pembeli Makan Mie Instant Dimakan 2 Kali
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Sudah 3 bulan Abah gak pulang kampung, jualan sepi Pak...Uang belum kekumpul untuk istri dan cucu Abah di kampung. Abah kangen mereka pengen pulang" Ucap Abah Rosadi yang kini berusia 74 tahun
Dari pagi hingga tengah hari jualan Abah belum ada yang laku, berkeliling dan menjajakan dagangan berjam jam di keramaian tidak ada seorangpun yang menghampiri.
Setiap hari dari jam 6 pagi hingga jam 7 malam Abah Rosadi harus menempuh jarak sejauh 10 km untuk menjual balon, berkeliling menyusuri jalan dan tempat keramaian. Meski tubuh dan kakinya sudah mulai lelah, ia masih coba bertahan jualan balon keliling demi istri dan cucunya dikampung.
Sudah 15 tahun ia melakoni pekerjaan ini. Namun, kini fisiknya mulai melemah. Begitulah rutinitas Abah Rosadi setiap hari, tak ada hari libur baginya.
"Kalau libur berarti saya gak bisa makan, saya lagi ngumpulin uang buat pulang kampung. Uang yang saya kumpulin belum cukup." Ujar Abah Rosadi
Balon yang dijual bukan miliknya, ia hanya menjualkan saja, setiap berangkat Abah membawa 15 balon kadang lebih, balon dijual seharga Rp 15.000.
Abah mendapat keuntungan Rp.5.000-Rp.7.500 jika balon nya terjual. Dagangan yang Abah bawa tidak habis dalam sehari, bahkan sering sekali Abah pulang dengan tangan kosong lengkap dengan tubuh yang kelelahan.
"Kadang ada aja anak kecil yang menangis pengen balon, tapi orang tuanya tidak bawa uang. Karena inget ke cucu. Kadang Abah kasih balonnya gratis. Itung itung ngasih ke cucu dan sedekah. Ya mudah mudahan kalau dikampung mereka kesulitan ada yang bantu juga" Ungkap Abah
Sering kali Abah Rosadi menahan lapar jika balon nya belum laku. Jika terasa lapar ia hanya minum airputih untuk mengganjal rasa laparnya.
Sesekali berdiam diri di tepi jalan berharap ada orang yang menghampirinya untuk membeli balon, sambil meregangkan kakinya yang terasa pegal.
Abah bercerita, hampir setiap hari ia hanya dapat membeli 1 bungkus nasi yang dimakannya untuk 2 kali, siang dan malam.
Tak jarang iapun makan sebungkus mie instant untuk dimakannya 2 kali.
Saking sepinya pembeli, karena lelah dan lapar kadang Abah suka tertidur di tepi jalan.
Bukan tanpa alasan Abah Rosidi berhemat seperti itu, selain ia mengumpulkan uang untuk keluarganya di kampung, iapun mempunyai hutang bekas perbaikan rumahnya. Bukan hanya itu beberapa minggu yang lalu iapun mendapatkan musibah, 30 balon yang di bawanya terlepas dari tali dan terbang. Terpaksa Abah harus menggantinya dengan menyicil.
"Dulu juga Abah pinjam uang bekas memperbaiki rumah, kasian istri dan cucu Abah tinggal di rumah yang kurang layak. Jadi Abah terpaksa pinjam 5 juta, baru terbayar 500 ribu. Abah kadang malu pulang kampung karena belum bisa bayar hutang juga" Tambahnya
Besar harapan Abah Rosadi bisa hidup layak. Bisa makan hari ini tanpa perlu khawatir besok makan apa seperti kebanyakan orang. Ia juga ingin beristirahat dan pulang kampung dari lelahnya berjualan balon, berkumpul dengan keluarganya dan membuka usaha di kampungnya.
Sahabat Kebaikan, begitu berat perjuangan Abah Rosadi di usia senjanya karena masih harus banting tulang mencari nafkah meski dalam keterbatasan. Abah Rosadi adalah salah satu potret lansia yang harus masih berjuang di ujung usianya.
Yuk bantu mereka, sekecil apapun bantuan yang sahabat berikan, Insya Allah akan banyak bermanfaat untuk membantu Mereka untuk menjalani kehidupan dengan lebih layak.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan Abah Rosadi. Selain itu akan digunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya dibawah naungan yayasan global sedekah movement.

Pilu Jual Balon Sepi Pembeli Makan Mie Instant Dimakan 2 Kali
terkumpul dari target Rp 100.000.000