
Kerja Keras Pangamen Lansia Untuk Istri dan Cucunya
terkumpul dari target Rp 50.000.000
Perkenalkan lansia ini bernama Abah Muhtar (68 tahun). Tak ada pilihan yang bisa dilakukan oleh beliau selain mengamen di perempatan lampu merah. Badan yang lemas dengan tenaga seadanya tidak pernah menyurutkan semangatnya untuk mencari nafkah.
Bernyanyi sambil mengikuti alunan irama musik dari radio tape yang didorongnya dengan boneka yang menari-nari untuk menghibur orang yang lewat. Berdiri di depan lampu merah dari pagi sampai sore hari.
Penghasilan yang di dapat perhari tak banyak, hanya sekitar 20 ribu-50 ribu saja. Uangnya disimpan untuk bayar rumah kontrakan dan biaya hidup istri serta sekolah cucunya. Beliau pun harus berhemat, untuk makan kadang hanya beli roti atau sebungkus nasi untuk dimakan dua kali.
Abah tinggal Di kontrakan yang sempit dan lingkungan yang padat, terkadang ada istri dan 2 orang cucu nya yang masih kecil menginap disana karena istri abah di kampung tidak ada penghasilan. Cucu abah yang laki-laki masih bersekolah di kelas 2 SD dan yang paling kecil perempuan masih berumur 4 tahun.
Dulu istri Abah mempunyai warung dan tinggal bersama anak, menantu dan cucu2nya di kampung daerah Cipatat. Namun lama kelamaan bangkrut karena menantunya gemar mabuk-mabukan dan judi, sampai uang modal dan barang-barang di warung nya habis. Anak Abah yakni Ibu dari cucu-cucunya pun sampai bunuh diri karena stress, sampai akhirnya cucu abah tidak ada yang mengurus dan istri abah tidak mempunyai mata pencaharian lagi.
Saat kami temui Abah ketika mengamen, beliau tampak kebingungan karena di musim hujan ini sepi pendapatan dan hanya apabila tidak turun hujan baru bisa mengamen di lampu merah. Abah megamen sambil membawa speaker dan boneka buatan nya sehingga tak jarang rusak karena kehujanan.
"Kalau bukan Abah siapa lagi yang mengurus cucu, kasian istri saya juga sudah gak punya apa-apa" Ujar Abah.
Istri dan cucu-cucu nya Abah pun terkadang ikut dengan Abah mengamen, mereka hanya terdiam di pinggir jalan sambil menunggu Abah mendapatkan uang. Terkadang sampai malam tiba mereka baru bisa makan. Di sela-sela mencari rezeki beliau pun tak lupa sholat dan menyisihkan sedikit rezekinya untuk sedekah di masjid.
Harapan Abah Muchtar hanya ingin mempunyai usaha warung dan kolam pemancingan di depan rumahnya di kampung, sehingga Abah tidak perlu lagi mengamen di jalanan, dan tinggal bersama keluarganya di kampung.
Sahabat kebaikan, di usia senja seharusnya bisa beristirahat menikmati hari tua. Cerita dari Abah Muchtar bisa menjadi penyemangat hidup kita untuk menjalani hidup dengan penuh rasa syukur atas apa yang miliki sekarang. Untuk itu, mari kita bantu wujudkan keinginan beliau untuk memiliki usaha sendiri, agar abah bisa lebih mudah menafkahi keluarganya.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Abah Muchtar dan kebutuhan lainnya. Selain itu akan di gunakan untuk implementasi program dan para penerima manfaat lainnya di bawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.
Kerja Keras Pangamen Lansia Untuk Istri dan Cucunya
terkumpul dari target Rp 50.000.000