Bantu Anak - Anak Dhuafa Untuk Bisa Melanjutkan Sekolah
terkumpul dari target Rp 100.000.000
“Apapun yang dilakukan oleh seseorang itu hendaknya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri, bermanfaat bagi bangsanya, dan bermanfaat bagi manusia di dunia pada umumnya.” – Ki Hajar Dewantara, Pahlawan Pendidikan Indonesia.
Jumlah Angka Putus Sekolah (APS) di Indonesia mengalami peningkatan untuk tahun ajaran 2022/2023. Sebanyak 76.834 anak diberbagai tingkat pendidikan tidak bisa melanjutkan sekolah. Banyak dari mereka tidak bisa melanjutkan sekolah ketika sudah menyelesaikan/masih melanjutkan tingkat pendidikan sekolah dasar. 40.623 anak terpaksa tidak bisa menyelesaikan atau melanjutkan pendidikan sekolah dasar.
Fenomena anak putus sekolah bukan tanpa alasan, faktor ekonomi menjadi penyebab utama anak – anak tidak bisa melanjutkan pendidikan mereka. Badan Pusat Statistik Indonesia menyatakan 9,36% atau 25,9 juta jiwa masyarakat Indonesia masuk dalam kategori miskin atau dhuafa. Dari 40.623 anak sekolah dasar yang putus sekolah, 67% dari mereka menyatakan tidak mampu untuk membayar biaya sekolah dan 21% terpaksa tidak melanjutkan sekolah untuk membantu mencari nafkah bersama orang tuanya.
Salah seorang contohnya adalah Fadil yang merupakan siswa sekolah dasar di Yogyakarta yang bercita – cita ingin menjadi ustadz. Fadhil adalah anak yang ramah, percaya diri, dan berbakti kepada orang tuanya, akan tetapi karena faktor ekonomi dia teracam tidak bisa melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah pertama. Fadhil adalah anak ketiga dari bapak Suranto yang bekerja sebagai petugas kebersihan di rumah sakit.
Penghasilan pak Suranto sangatlah terbatas dan hanya cukup untuk makan sehari – hari. Untuk mencari uang tambahan, beliau juga bekerja sebagai petugas kebersihan di masjid. Pak Suranto, Fadhil, dan anak pertamanya tinggal di gudang masjid tempat sang ayah bekerja karena pengasilannya tidak cukup untuk menyewa tempat tinggal yang layak bagi mereka, sementara anak keduanya tinggal di panti Dinas Sosial karena mengalami gangguan jiwa semenjak ibu dari mereka meninggal dunia.
Lain cerita dengan apa yang dialami oleh Musha, siswa sekolah dasar yang juga terancam tidak bisa meneruskan sekolah akibat kondisi ekonomi yang dialami oleh keluarganya. Musha adalah anak yang pemalu namun sangat berprestasi di sekolahnya. Musha bercita – cita ingin menjadi seorang muadzin atau juru adzan. Cita – citanya bermula saat dia menonton muadzin dari sebuah tayangan video di internet dan mulai saat itu Musha sering berlatih hingga suaranya kini sangat merdu, bahkan tak jarang dia diundang oleh masjid setempat untuk melaksanakan panggilan sholat. Ayah Musha dulunya bekerja di sebuah pabrik, namun beliau terkena musibah pemotongan hubungan kerja di tempat kerjanya. Hingga saat ini ayahnya hanya bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan khawatir jika Musha tidak bisa melanjutkan sekolah.
Musha dan Fadhil adalah salah satu contoh anak – anak yang terancam tidak bisa meneruskan pendidikan mereka. Saat ini kami sudah mendata lebih dari 800 anak – anak dengan kondisi serupa yang tersebar di 8 provinsi Indonesia. Anak – anak ini tidak bisa mendapatkan kesempatan yang sama seperti kita yang bisa sekolah dan menempuh pendidikan lebih lanjut.
Untuk itu kami ingin mengajak Teman Berbagi untuk bergabung dan bersama – sama membantu agar anak – anak dari kalangan dhuafa bisa terus melanjutkan pendidikan mereka. Insya Allah, pahala dari donasi mu akan terus mengalir bersama ilmu – ilmu yang mereka dapatkan. Yuk, sisihkan rezeki mu untuk membantu mereka agar bisa melanjutkan sekolahnya!
Bantu Anak - Anak Dhuafa Untuk Bisa Melanjutkan Sekolah
terkumpul dari target Rp 100.000.000