"Saya sering menangis dan berdoa supaya Unang bisa cepet-cepet berobat dan sembuh. Karena kalau saya sudah ngga ada, pasti gak ada yang merawat dia. Saya gak rela kalau dia sampai harus berkeliaran di jalanan"

Inilah hidup Unang Zainal. Usianya 32 tahun, tapi ia hanya bisa terbaring sembari mengenakan popok dewasa. Diarawat oleh satu-satunya kakak yang amat menyayanginya, Nur (36).

Unang menderita gangguan jiwa. Selain itu, ia pula mengalami patah tulang kaki akibat tertabrak kendaraan di jalan raya. Ia terbaring di sebuah kamar pengap, di dalam rumah rusak yang sudah tak ditempati bertahun-tahun milik seorang kerabat. Ia terpaksa dirawat di sana karena tak ada lagi tempat yang bisa menampungnya. Rumah Bu Nur terlalu sempit untuk ia dan keempat anaknya. Belum lagi Unang sering mengamuk sehingga mengancam keselamatan dan keamanan anak-anaknya.

Bu Nur menyiapkan, menyuapi, bahkan sampai memandikan dan mengganti popok Unang. "Dulu waktu masih ada orang tua, kami bergantian mengurus adik saya" Bu Nur mengaku kelelahan dan kewalahan, karena harus mengurus keempat anaknya ditambah lagi dengan mengurus Unang yang kadang mengamuk dan tak bisa diatur.

Ada masanya, Unang sering bolak balik rumah sakit. Ia lebih tenang karena mengonsumsi obat. Tapi kini, sudah habis uang, sakitnya pun tak kunjung sembuh. "Penghasilan saya jualan ciki-cikian cuman 20 ribu.. sedangkan suami saya tadinya sopir Bus, waktu corona (pandemi) nga kerja lagi.. serabutan"

Padahal selain kebutuhan keluarganya, Bu Nur juga harus memenuhi kebutuhan Unang seperti makan, popok dewasa, dan lain-lain. "Popok dewasa mahal.. ini aja sehari paling engga harus sedia 3.."

Sahabat, inilah bukti cinta yang sangat harang kita temui. Seorang kakak yang mengasuh adiknya hingga dewasa. Ayo kita ringankan beban Bu Nur! Bantu biaya berobat dan kebutuhan dasar hidup Unang dan keluarga Bu Nur dengan cara klik DONASI SEKARANG.

Sebesar apapun uluran tanganmu, akan mengubah hidup mereka menjadi lebih baik. Terima kasih, Sahabat!