Tumbuh dari Keterbatasan Bantu Para Disabilitas Berdaya
terkumpul dari target Rp 187.000.000
Hidup dengan berbagai keistimewaan seperti disabilitas seringkali dikucilkan oleh masyarakat. kehadiran mereka masih dipandang sebelah mata sebagai kelompok yang lemah. Mereka hadir ke Dunia tanpa memiliki pilihan untuk hidup normal. Bahkan, hak-hak mereka sebagai manusia seringkali diabaikan.
“Aan sudah lama jual kerupuk keliling dan membantu bapak ngumpulin kardus bekas untuk dijual lagi. Biasanya Aan jualan dari pagi hingga siang dan alhamdulillah suka ada aja yang beli kerupuknya,”- Ucap Aan.
Aan (23 tahun), seorang penjual kerupuk keliling difabel yang terlahir dengan kelainan tulang sehingga tidak bisa berjalan normal. Aan pun kalau berjalan harus jongkok karena kakinya terus mengecil dan tidak bisa menopang tubuhnya.
Begitupun dengan sang adik Irsyad (10 tahun) yang juga terlahir tidak normal dan divonis sakit langka. Tulang tangannya pun melintir dan kakinya tidak bisa berdiri tegak seperti orang normal pada umumnya.
Seperti halnya kisah Pak Dede, Waktu denger suara ledakan ‘DUARR!’ Teman-teman pak Dede langsung lari keluar untuk melihat kondisi pak Dede. Saat itu pak Dede kerja bangunan di sebelahnya ada gardu listrik bertegangan tinggi, besi itu tak sengaja menempel ke tubuhnya hingga terbakar dan kaku.
“Kulitnya melepuh. Pak Dede nggak sanggup bergerak, cuma bisa teriak Minta Tolong beberapa kali.” -Teman Pak Dede
Pak Dede mengalami luka bakar di bagian tangan dan kaki akibat sengatan Listrik. Ia terpaksa pulang dan tidak bisa melanjutkan pengobatan karena terkendala biaya.
Lebih mengejutkan, saat luka bakar nya di robek di salah satu Rs, luka bakar pak dede membusuk mengeluarkan belatung. Akhirnya ia harus amputasi, kini kondisinya memprihatinkan, ia tidak punya tangan dan kaki bengkok.
Kini pak Dede harus jajakan dagangan keliling kampung dengan sebelah kaki nya. Penghasilan yang ia terima hanya 10-20 ribu. kini ia dan istri ingin punya warung atau modal usaha lain dirumah agar tetap produktif. Untuk itu kami mengajak semua teman baik untuk membantu pak Dede.
Apan, Rais, dan 3 bersaudara (Ari, Wina, Kalisa). Mereka adalah anak-anak disabilitas dengan kondisi yang berbeda, Apan tumbuh dengan kaki tangan yang tidak sempurna, sampai saat ini Ia hanya bisa mengandalkan badan dan satu tangannya untuk bisa beraktivitas dan berjualan demi kebutuhan ekonomi.
3 bersaudara juga lahir dengan kaki tangan yang tidak sempurna. Setiap hari, Ari bersama Kalisa berkeliling untuk menjual dompet rajut yang dibuat oleh Kakaknya (Wina). Walaupun sudah berulang dilarang untuk ikut berjualan, bertahan hidup tanpa seorang ayah membuat mereka ingin ikut andil untuk membantu ekonomi keluarga.
Sedangkan Rais, lahir tanpa kedua tangan dan seorang ayah. Seiring bertambahnya usia, Rais mulai menyadari bahwa fisiknya tidak sesempurna anak lainnya.
“Bu, kenapa aku tidak punya tangan?”
“Rais ingin sekolah,Rais ingin mencapai cita-cita Rais menjadi kebanggaan mamah.”
Kalimat tersebut tak pernah lepas dari benak Rais setiap Ia mulai menyadari keterbatasannya.
Kisah lain datang dari Bu Imat, penjual keripik keliling. Setiap hari Bu Imat berkeliling hingga belasan kilometer untuk menghidupi 5 anaknya. Cibiran masyarakat karena kondisi fisiknya yang tidak sempurna membuat Bu Imat lebih sering mengurung diri dan tidak bersosialisasi.
Sahabat, jumlah penyandang disabilitas di Indonesia mencapai 22,97 juta jiwa. Banyak diantara mereka yang masih berjuang sendiri untuk bisa bertahan hidup. Ditambah lagi dengan tanggapan masyarakat yang masih memandang mereka dengan sebelah mata.
Ayo ringankan perjuangan para disabilitas bersama-sama!
Tumbuh dari Keterbatasan Bantu Para Disabilitas Berdaya
terkumpul dari target Rp 187.000.000