Perjuangan Pak Soni, Badut Harus Sekolahkan Anaknya
terkumpul dari target Rp 30.000.000
“Kami jalan kaki dari Tasik ke Bandung karena gak punya uang, naik angkot sekali di dekat kebun binatang karena hari udah mulai gelap. Sebenarnya saya kasihan sama anak-anak tapi mereka keukeuh pengen ikut.” - Cerita Pak Soni.
Sambutan kedua anaknya selalu menjadi obat bagi Pak Soni setelah menempuh perjalanan hingga puluhan kilometer menggunakan kostum badutnya. Bukan karena sengaja atau keinginannya, Pak Soni terpaksa melakukan semua ini agar bisa bertahan bersama keluarga kecilnya.
Sambil menunggu Sang Ayah Pulang, Adik dan Kakak ini bermain di depan minimarket. Hanya mereka yang bisa menjadi teman satu sama lain, karena mereka sering mendapatkan komentar buruk dari teman-temannya mengenai profesi ayahnya.
“Aku pernah dikunci di tempat kosong dari siang sampe sore, berkali-kali teriak minta tolong tapi mereka malah ketawain aku. Semenjak itu aku gak mau main bareng mereka lagi” - Cerita Anak Pertama Pak Soni
Pak Soni memang tidak bisa mengandalkan penghasilannya yang tidak pernah lebih dari 30 ribu dalam satu hari. Banyak kebutuhan yang harus Ia penuhi, bahkan hingga saat ini pun kedua anaknya tidak bisa sekolah karena berbagai faktor ekonomi.
Kak, Pak Soni ingin sekali melihat kedua anaknya berpamitan di pagi hari sambil mengenakan seragam sekolah dan bercerita mengenai kehidupannya setelah pulang sekolah. Walaupun pekerjaan ayahnya hanya sebagai badut jalanan, Ia berharap kelak kedua anaknya bisa sekolah setinggi mungkin.
Kita Ringankan perjuangan Pak Soni bersama-sama, yuk!
Perjuangan Pak Soni, Badut Harus Sekolahkan Anaknya
terkumpul dari target Rp 30.000.000