Tancapkan Selang Di Dada Untuk Bertahan Hidup!
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Saat ini keinginan saya hanya ingin Bapak sembuh dan kembali sehat yang lainya saya tidak perdulikan, kalau bukan saya siapa lagi, Yang lain lebih memilih pergi mungkin takut ketularan" Mulyana berbicara dalam tangisnya
"Badan sehat kekar hanya tititipan"
Pa Atang (49 tahun) dulu mempunyai badan yang tinggi dan kekar tapi sekarang cuman tinggal tulang berbalut kulit, setiap malam beliau kesakitan hingga tak bisa tidur.*
*"Kalau bisa tidur satu dua jam saja saya bahagia sekali, namun sakit di sekujur tubuh seringkali membuat saya terus terjaga semalaman, kasihan Mulyana ikutan jadi kurang tidur" Pak Atang bercerita kepada kami sambil meringis.
Sudah berbagai pengobatan pak Atang lalui, bahkan beliau sudah beberapa kali melakukan kemoterapi hingga seluruh rambutnyapun rontok.
Kini hampir satu tahun pak Atang harus hidup dengan Selang WSD yang tertancap di dada kanan untuk membuang cairan yang terus membanjiri paru-paru beliau. Sakit TB dan tumor kelenjar yang sudah dua tahun di deritanya kini semakin membuat kuli traktor Sawah panggilan ini tidak berdaya, bahkan untuk sekedar bangkit dari tidurpun Ia sudah tak mampu.
Cobaan pak Atang ternyata tak berhenti sampai disitu, sang istri yang seharusnya mendampingi dan merawat beliau pergi tanpa kabar berita, tinggalah kini si bungsu Mulyana (22 tahun) seorang diri merawat pak Atang dengan segala keterbatasannya.
Sebetulnya pak Atang memiliki seorang putra lainya, namun Ia telah berkeluarga dan tinggal cukup jauh, pun keadaanya serba terbatas. Sehingga sangat jarang Ia datang berkunjung paling satu dua kali dalam satu tahun.
Hidup dari pemberian kerabat dan tetangga terpaksa harus pak Atang dan Mulyana jalani, karena mereka kini tidak memiliki sumber penghasilan, mesin traktor yang dahulu jadi sumber penghasilan keluarga ini telah lama terjual untuk menutupi biaya pengobatan dan kebutuhan sehari-hari.
"Saya suka sedih kalau bapak ingin makan sesuatu, sedang di dapur paling adanya beras dan telor itupun pemberian tetangga" Mulyana mengisahkan kesedihan nya
Mulyana bukan tidak ingin ikhtiar bekerja, namun jika Ia bekerja siapa yang menjaga dan merawat pak Atang di rumah.
"Kasihan Mulyana, karena harus merawat saya dia jadi gak bisa kerja, bahkan ketika ada temannya yang mengajaknya bekerja Ia terpaksa menolak. Padahal selama ini sulit Mulyana mencari kerja karena pendidikanya yang cuman lulusan SD. Yang terpenting Bapak sehat dulu, nanti juga ada lagi kerjaan mah katanya" Pak Atang mengisahkan sambil berkaca-kaca.
Meski memiliki BPJS, namun untuk berangkat kontrol dan berobat Mulyana harus cari pinjaman kesana-sini, bahkan ketika kami berkunjungpun sudah lebih satu minggu perban lubang WSD pak Atang tidak di ganti dan di bersihkan hingga sudah mulai bebau dan kotor karena perlengkapanya habis dan belum terbeli. Pun dengan popok beliau sudah satu minggu pula habis, sehingga setiap hari Mulyana harus memandikan dan membersihkan tubuh sang Bapak jika tidak ingin dipenuhi kotoran. Padahal setiap saat Mulyana beresiko tertular oleh penyakit sang Bapak.
"Saat ini keinginan saya hanya ingin Bapak sembuh dan kembali sehat yang lainya saya tidak perdulikan, kalau bukan saya siapa lagi. Yang lain lebih memilih pergi mungkin takut ketularan" Mulyana berbicara dalam tangisnya
Insan baik, Mari kita Bersamai perjuangan Pak Atang dan Mulyana, sekecil apapun donasi yang insan baik berikan pasti akan meringankan beban hidup mereka
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pak Atang dan Mulyana, terutama untuk pengobatan dan segala penunjangnya. Serta akan digunakan oleh penerima manfaat lainnya juga keberlangsungan program sosial kemanusiaan dibawah naungan dan pendampingan Yayasan Amal Baik Insani
Tancapkan Selang Di Dada Untuk Bertahan Hidup!
terkumpul dari target Rp 100.000.000