
Kisah perjuangan kakak adik yatim piatu tukang kebun
terkumpul dari target Rp 100.000.000
“Hanya A Dadan yang aku punya. Bapak dan ibu sudah meninggal" Ujar Nano.
Sungguh berat hari-hari yang harus di jalani Nano (11 tahun) dan Dadan (23 tahun), kedua kakak beradik ini harus hidup tanpa kedua orang tua. Ibu mereka meninggal ketika Nano di lahirkan, dan Bapak meninggal ketika Nano menginjak kelas 3 SD.
Untuk menyambung hidup setiap hari A Dadan bekerja sebagai buruh kebun, yang bekerja membersihkan ladang atau bercocok tanam. Setiap hari bekerja dia hanya mendapatkan 20-30ribu. Dan adiknya Nano sehari-hari nya bersekolah yang saat ini kelas 6 SD.
Setiap hari Nano diantarkan A Dadan untuk bersekolah, namun ketika pulang sekolah Nano berjalan sendiri, di sekolah Nano tidak pernah membawa bekal, hanya membawa air minum, apabila kakak nya belum pulang, Nano hanya berdiam diri dirumah menunggu kakak nya pulang membawa makanan.
Makan pun hanya seadanya, apabila tidak bisa memasak nasi, mereka cukup makan biskuit yang jadi kesukaan Nano. Dan terkadang untuk makan pun ada yang memberi dari warga sekitar.
Ketika malam tiba apabila rumah mereka sedang tidak di aliri listrik, Nano tetap rajin belajar ditemani A Dadan yang menemani sambil memegang lampu senter.
Karena tempat tinggal mereka yang jauh dari hiruk pikuk kota, menyebabkan jarang sekali dialiri listrik, listrik selalu bergantian dengan kampung yang lainya. Medan jalan nya pun hanya jalan berbatu dan tanah, belum dibangun jalan aspal. Sehingga apabila malam tiba tak jarang rumah mereka tidak terlihat, dan mereka diam dirumah hanya ditemani lampu senter atau lilin.
Rumah panggung tua usang dan jauh dari kata layak peninggalan mendiang orang tua nya lah yang mereka jadikan sebagai tempat mereka berdua berteduh. Di rumah itu pun tidak ada kamar mandi, sehingga mereka harus pergi ke sumber air yang cukup jauh apabila ingin mengambil air bersih, dan buang air atau mandi di belakang rumah nya.
Kehidupan mereka yang serba kekurangan, membuat semangat mereka terus diuji. A Dadan hanya ingin Nano terus sekolah agar menjadi anak yang pintar. Tidak seperti dirinya yang hanya tamatan SD.
Harapan mereka hanya ingin hidup yang layak, A Dadan ingin mempunyai usaha sendiri dari rumah, seperti mempunyai hewan ternak. Ade Nano hanya ingin bersekolah sampai SMA, dan Rumah mereka pun ingin sekali dibangunkan saluran air dan kamar mandi, agar tidak harus berjalan jauh lagi mengambil air.
Sahabat Kebaikan, sedikit dari sedekah anda akan mampu membantu wujudkan cita-cita mereka. Jadilah bagian dari salah satu pahlawan kebaikan, yuk bantu mereka untuk mendapatkan kehidupan yang layak.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk memenuhi segala kebutuhan Dadan dan Nano. Serta akan digunakan untuk implementasi program dan penerima manfaat lainnya yang membutuhkan dibawah naungan global sedekah movement.

Kisah perjuangan kakak adik yatim piatu tukang kebun
terkumpul dari target Rp 100.000.000