IMBAS CORONA DHUAFA TDK MAMPU BAYAR KONTRAKAN
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Penyebaran covid 19 yang meluas harusnya menjadi tanggungjawab kita bersama untuk memperkecil dampaknya, korban yang terpapar merata di masyarakat kecil, menengah, artis hingga pejabat pun ikut terkena, covid 19 ini benar-benar tidak pandang bulu, semua berpotensi terkena. Dampaknya korban-korban sudah berjatuhan tidak hanya dari pasien yang suspect tetapi medis pun ikut jadi korban.
Sahabat masih ingatkah dalam sejarah Islam, bahwa dulu zaman para sahabat kejadian wabah Thaun pernah terjadi dimasa khalifah Umar bin khattab dimana di Syam pernah merajalela dengan dahsyatnya, orang terkena pagi maka sore meninggal, yang terkena sore maka pagi meninggal, cepat sekali korban berjatuhan. Umar menunjuk sahabat Amru bin Al-Ash ra yang terkenal dgn spesialis masalah-masalah berat agar mencarikan cara antisifasi agar wabah itu segera berhenti. Setelah bermusyawarah Sahabat Amr berkesimpulan dengan berseru kepada khalayak umat dengan mengatakan:
“ Wahai manusia, sesungguhnya penyakit ini apabila menimpa maka ia akan bekerja bagaikan bara api maka bentengilah dari penyakit ini dengan berlari ke gunung-gunung.” (Diriwayatkan dari Imam Ibn Hajar Al-Asqalani dalam kitab Badzal Maa’un hal 163)
Subhanallah, cara ini rupanya yang kemudian ditiru oleh seluruh dunia yang saat ini terkena wabah corona, tak terkecuali di indonesia, cara itu saat ini dikenal dengan istilah social distancing, mengurangi aktivitas dan berinteraksi dengan orang lain di luar rumah, yang disosialisasikan dalam bentuk kerja di rumah, ibadah di rumah, serta aktivitas lainnya di rumah.
Sahabat yang baik, bagaimana implementasi sosial distancing bagi sebagian masyarakat kecil dengan penghasilan harian atau rumahnya masih ngontrak, Tentu tidak mudah, bagaimana mereka bisa nyaman tinggal di rumah jika fikirannya terus dibayangi bayaran kontrakan, sementara penghasilannya menurun drastis, uang kontrakan mau tidak mau harus tetep dibayar.
Seperti Bapak Romi Ramadhan, beliau seorang kepala rumah tangga yang berprofesi sebagai Pengemudi taksi di Jakarta, beliau yang harus tetap berjuang ditengah merebaknya wabah covid 19 di zona merah Jakarta. Dampak dari tutupnya aktivitas mall, perkantoran dan swasta, instansi pemerintah membuat penghasilan dari taksi jadi tidak menentu.
“Resiko yang harus dihadapi tidak sembarangan Pak, ingin rasanya kita ikutin anjuran pemerintah untuk tetap di rumah namun siapa yang menjamin kebutuhan rumah tangga, apalagi istri sedang mengandung, bayar kontrakan dan kebutuhan makan” Ujar Pa Romi.
Sahabat yang baik, cerita Pa Romi ini tentunya dapat mewakili ribuan bahkan jutaan kepala rumah tangga dan para dhuafa, para janda dengan kondisi sama, karena kebutuhan mereka harus tetap keluar rumah dan tetap berkeliaran. Jika kondisi ini dibiarkan, bagaimana cara social distancing bisa berhasil ?
Mari berbagi, ini tugas kita bersama, yuk bagi kita yang masih bisa bernafas lega punya rumah, bisa kerja dari rumah, dengan penghasilan tetap ada, bersyukur dengan bantu ringankan mereka, walaupun banyak hal yang harus kita bantu, minimal beri rasa aman dari sisi kebutuhan tempat tinggalnya dulu, kemudian setelanya kita bersama bantu kebutuhan lainnya. Agar mereka mau tinggal sementara di rumah bersama keluarganya dengan rasa aman, sampe kondisi kembali membaik.
Semoga dengan kita saling bantu dengan sesama, Allah menolong kita semua, Covid 19 bisa segera berhenti . aamiin