Kisah Pilu! Septi (11 Th) Merawat Ibu Buta dan Diabetes
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Mamah geura bisa ninggal, geura damang deui"(Mamah cepet bisa melihat, segera sembuh) gumam Septi sambil terisak di pelukan ibu Atisah
Septiani Putri ( 11tahun ) seharusnya sedang menikmati masa kanak-kanaknya dengan bermain dan belajar bersama teman-temanya. namun kenyataan tersebut tidak berpihak pada Septi. Dia harus merawat dan menjaga sang Ibu di usianya yang masih sangat belia.
Ketika sang Ayah dan kedua orang Kakak Septi telah lebih dulu berpulang ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, tinggalah kini Septi menjadi satu-satunya tumpuan bagi sang Ibu. Ibu Atisah (50 tahun) mengalami kebutaan akibat sakit diabetes yang di deritanya dua tahun terakhir.
Selain tidak dapat melihat, kondisi fisik beliaupun sangat lemah dan sering sekali sesak dan lunglai.
Memasak, mencuci membersihkan rumah serta mengurus segala keperluan Ibunya, Septi lakukan denga tangan-tangan mungilnya. Dia harus membagi waktu antara belajar dan Merawat sang Ibu.
"Seharusnya Mamah yang merawat dan mengurus segala keperluan Septi bukan sebaliknya, maafkan Mama, kasihan anak sekecil Septi harus menanggung Beban seberat ini"ucap bu Atisah dalam tangisnya seraya memeluk Septi.
Hidup dari belas kasihan dan pemberian tetangga dan kerabat terpaksa harus Septi dan bu Atisah jalani. Sepeninggal mendiang Suami yang meninggal 4 bulan lalu sepulang bekerja sebagai kuli bangunan kini keluarga ini sama sekali tidak memiliki sumber penghasilan. Warung Kecil-kecilan yang dulu bu Atisah jalankan pun kini sudah tutup sama sekali seiring menghilangnya penglihatan bu Atisah.
"Kalau buat bekel sekolah suka dikasih sama tetangga, ada dua ribu ada tiga ribu. Makan juga suka ada yang ngasih. Septi bisanya paling goreng telur, goreng tahu sama bikin mi instan" terang septi penuh kepolosan.
Ketika kami tanya kapan terakhir berobat, Bu Atisah menjawab kurang lebih satu tahun lalu itupun ke Puskesmas, saat itu mendiang suaminya masih ada dan penglihatannya masih samar-samar dapat melihat. Bukan tidak ingin berikhtiar mencari pengobatan, namun biaya adalah kendala utamanya, apalagi sekarang sang Suami telah tiada. Dan sampai hari ini bu Atisah belum memiliki BPJS.
"Saya ingin sehat lagi, bisa melihat lagi. Agar bisa menjaga dan merawat Septi. Dialah satu-satunya harta dan alasan saya dapat bertahan sampai saat ini. Saya ingin melihat dia tumbuh besar menjadi anak yang sholehah, sehat, panjang umur dan sukses. Kalau saya tidak ada Septi tidak punya siapa-siapa lagi" Bu Atisah mengungkapkan impiannya di sela sedu-sedan tangisan Beliau.
Begitupun Septi, keinginannya hanya ingin agar sang Ibu kembali dapat melihat dan sembuh dari penyakitnya.
Insan Baik, jangan biarkan impian mereka terkubur dan jangan biarkan Septi kehilangan satu-satunya keluarga yang tersisa. Mari kita bersamai perjuangan mereka dengan do'a dan donasi terbaik kita.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk segala kebutuhan Septi dan Bu Atisah terutama untuk kebutuhan pendidikan dan pengobatan. Serta akan digunakan oleh penerima manfaat lainnya serta keberlangsungan program sosial kemanusiaan dibawah naungan dan pendampingan Yayasan Amal Baik Insani
Kisah Pilu! Septi (11 Th) Merawat Ibu Buta dan Diabetes
terkumpul dari target Rp 100.000.000