Mari Bantu Davin untuk bisa bersekolah

Pendidikan masih menjadi momok bagi di Indonesia. Ribuan bahkan jutaan anak mengalami putus sekolah di negeri ini. Meskipun pemerintah telah mengadakan sekolah gratis, namun pola pikir orangtua untuk tidak menyekolahkan anaknya masih ada. Mulai dari faktor pendidikan orang tua yang pun tidak tinggi atau juga faktor ekonomi, sehingga anak hanya dipersiapkan untuk bekerja saja tanpa mengenyam bangku sekolah.


Seperti yang dialami Davin, anak laki-laki berumur 10 tahun yang saat ini tinggal bersama kakak kandung dan kaka iparnya di jalan Imam Bonjol Gg. 10 kelurahan pelabuhan kecamatan samarinda kota, samarinda, Kalimantan Timur

Saat umur davin sudah memasuki usia sekolah dasar dan masih tinggal bersama kedua orang tuanya di Banjar Kalimantan Selatan, orang tuanya tidak mempunyai biaya untuk membeli perlengkapan sekolah, sehingga sampai umur 10 tahun Davin tetap belum juga sekolah. Bukan hanya Davin,  kakaknya juga tidak bersekolah karena keterbatasan ekonomi.

“Meskipun badan saya sudah besar, saya tetap mau sekolah supaya bisa membaca dan menulis” kata Davin.

Kakak Davin yang bernama Devi hanya menghasilkan uang dari menjaga anak tetangga yang dibayar 20.000 sampai 30.000 rupiah perharinya, dan suaminya bekerja sebagai kuli bangunan dengan gaji 100.000 sampai 200.000 rupiah perminggunya. Sedangkan mereka tidak hanya membiayai kehidupan Davin, tetapi juga anak semata wayang mereka yang masih berusia tiga tahun.

Terkadang Davin merasa iri dengan teman-temannya yang bisa pergi ke sekolah dengan seragam dan perlengkapan sekolah dibandingkan dirinya yang hanya di rumah dan membantu pekerjaan kakaknya.

Gratisnya biaya sekolah hanya mampu sampai SPP (Sumbangan Pengembangan Pendidikan) serta buku wajib dari pemerintah. Namun bagaimana dengan biaya penunjang seperti seragam, serta berbagai biaya yang harus ditanggung ketika sekolah.

Mari bantu Davin bisa bersekolah dan wujudkan impiannya bisa membaca dan menulis hingga nanti bisa hidup lebih layak dan bahagia.