Kisah Seorang Guru Honor Merawat 3 Saudara Yang Sakit
terkumpul dari target Rp 300.000.000
"Profesi guru/pengajar walaupun hanya sebagai honorer adalah cara saya untuk mendapatkanpalaha dengan memberikan ilmu kepada murid-murid saya." Ucap Bunda Ai
Perkenalkan ini Bu Ai (40 Tahun), atau biasa dipanggil Bunda Ai oleh para muridnya di taman kanak-kanak
Bunda Ai telah mengabdi menjadi guru selama 8 tahun lamanya.
Bunda Ai adalah sosok seorang wanita yang hebat, karena ia sangat begitu peduli dan menyayangi keluarganya.
Bunda Ai saat ini merawat dan bahkan membiayai kedua kakak dan bibinya yang sedang sakit gagal ginjal dan kanker payudara, Walaupun penghasilan sebagai tenaga pengajar honorer 500 ribu /bln bunda tetap optimis.
Kakak Bunda Ai yang pertama bernama Lilis (58 tahun), ia menderita kanker payudara, sudah mendapat operasi pengangkatan payudara satu tahun yang lalu, namun masih harus mendapatkan perawatan yang intensif karena dikhawatirkan kanker akan muncul lagi, selain itu kondisnya pun sering sakit-sakitan. Mulai dari pusing l, lemas kaki bengkak, deman dan lain sebaginya. Kakak bunda Ai sudah tidak memiliki suami karena meninggal. Sehingga kini menjadi tanggungan Bunda Ai.
Kakak kedua bunda Ai bernama Entin (47 tahun), ia menderita gagal ginjal. Penyakit itu ia derita sudah 8 tahun lamanya. Buang air kecil pun sudah tak bisa normal lagi. Perutnya harus dilubangi untuk dipasang selang pembuangan air kecil. Cuci darah pun harus dilakukan 2 kali dalam satu minggu. Butuh biaya perawatan yang tidak sedikit, namun Bunda Ai tetap memperjuangakan perawatan untuk kak Entin ini. Karena sekali saja telat cuci darah akan berakibat fatal untuk kak Entin.
Kak Entin ini sungguh malang nasibnya. Sakit yang ia derita disebabkan karena kelelahan dan tindak KDRT yang ia alami dari suaminya dahulu. Selain tindakan kekerasan secara fisik, kekerasan verbalpun sering ia dapatkankan. Dipaksa bekerja terlalu berat. Bahkan pertama kali mengetahui kak Entin memiliki penyakin ginjal pun bukan iba yang didapat namun perlakuan yang tidak menyenangkan yang didapat, tetap dipaksa bekerja dan jika melawan suaminya akan marah dan melalukan KDRT.
Tak sanggup lagi, akhirnya Kak Entin pun memilih untuk pergi meninggalkan suaminya dan pulang ke Indonesia. Ya betul, Kak Entin menikah dengan orang asing dan tinggal diluar negeri sebelumnya.
Setelah pulang ke Indonesia akhirnya dirawat oleh adiknya yaitu Bunda Ai. Namun kondisinya tak kunjung membaik sudah 8 tahun ini.
Yang terakhir adalah bibinya Bunda Ai yaitu Elis, beliau juga sama seperti keponakannya yaitu Kak Entin, mengalami gagal ginjal namun baru satu tahun, belum lama seperti kak Entin.
Cerita Bi Elis (67 tahun) tak kalah miris, satu tahun yang lalu bibinya databg diantar oleh suaminya ke rumah Bunda Ai, dalam keadaan sedang sakit dan tak berdaya. Tak banyak berbicara dan langsung pergi lagi setelah mengantar istrinya. Namun setelah itu ada pesan masuk ke HP Bi Eulis, yang tak lain dan tak bukan pesan dari suaminya yang isi nya adalah talak atau pernyataan perceraian.
Ya, Bi Eulis dikembalikan ke keluarganya, ditinggalkan oleh suaminya sendiri. Mungkin karena sudah tak sanggup menerima keaadaan Bi Eulis yang sakit gagal ginjal.
Bi Eulis juga harus menjalani perawatan cuci darah 2 kali seminggu, perutnya tidak dipasang selang seperti Kak Entin, namun buang air kecil hanya bisa dilakukan ketika cuci darah dilakukan, yaitu 2 kali seminggu.
Sakit, sakit sekali pasti rasanya. Sakit ginjal nya saja sudah menderita apalagi ditinggalkan pula oleh suaminya.
Kisak Kakak-kakak dan Bibi Bunda Ai membuat Bunda Ai tak dapat hanya berpangku tangan, apalagi mereka adalah keluarga, kalo bukan bunda Ai mau siapa lagi yang merawat mereka mengingat mereka semua sudah janda.
Orang tua Bunda Ai, yang juga orang tua Kak Lilis dan Kak Entin sudah meninggal dunia, sehingga mereka termasuk Bi Eulis terpaksa menggantungkan hidupnya pada Bunda Ai.
Bunda Ai bukan orang kaya atau orang yang mempunyai penghasilan yang besar, sehingga apapun Bunda Ai lakukan untuk mendapatkan uang untuk biaya perawatan kakak-kakak dan bibinya.
Pagi sampai siang Bunda Ai mengajar di TK. Siang hari ia berjualan menjajakan Ubi Cilembu. Bahkan hari minggu pun ia tak libur, ia berjualan makanan-makanan ringan di event CFD Cianjur.
Bukan untuk memperkaya diri. Semua ia lakoni untuk mendapatkan penghasilan yang cukup untuk merawat kakak-kakaknya dan bibinya yang sedang sakit keras.
Apakah penghasilan dari apa yang ia lakoni besar ? Jawabannya tidak, namun Bunda Ai tetap berikhtiar dan berdoa agar selalu dicukupkan Allah. penghasilan Bunda Ai dari mengajar adalah 500 ribu rupiah /bulan, dan juga berjualan ubi cilembu hanya dapat menghasilkan keuntungan 20-35 ribu /harinya, jauh dari kata cukup, untuk makan saja pas – pasan apalagi untuk membawa keluarga nya berobat.
Hujan, panas terik, lelah dialami dan dilalui Bunda Ai dengan Ikhlas, berjuang mencari rupiah agar kakak-kakaknya dan bibinya bisa terus bertahan hidup atau bahkan kesembuhan selalu lebih besar diharapkan Bunda Ai untuk kakak-kakaknya dan bibinya.
"Kalaupun saya harus mengeluh saya harus mengeluh pada siapa ? Yang hanya bisa saya lakukan sekarang adalah berusaha dan berdoa semoga kak Lilis, kak Entin, dan Bi Eulis bisa cepat sembuh" ucap Bunda Ai sambil meneteskan air mata yang sudah tak terbendung lagi di matanya.
Insan baik, maukah menolong, membantu Bunda Ai meringankan sedikit beban yang ada dipundaknya ? Membantu meringankan penderitaan Kakak-kakak dan bibinya Bunda Ai ?
Sekecil apapun bantuan yang diberikan akan sangat berharga untuk mereka.
Disclaimer: Donasi yang terkumpul adalah untuk modal usaha Bunda Ai, pemenuhan kebutuhan, perawatan dan penunjang kesehatan untuk Kakak-kakak dan Bibi Bunda Ai juga untuk mendukung penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Amal Baik Insani
Kisah Seorang Guru Honor Merawat 3 Saudara Yang Sakit
terkumpul dari target Rp 300.000.000