Panjat 7 Meter Pohon Demi Uang Belasan Ribu
terkumpul dari target Rp 100.000.000
"Mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih mun teu ngoprek moal nyapek, da abahmah teuboga anak incu ngan gulang guling duaan we jeung si Emak.( kalau tidak mau bekerja dan berusaha tidak akan bisa makan dan hidup, karena abah tidak punya anak cucu cuman hidup berdua saja dengan si Emak)" Abah mengibaratkan kehidupan beliau dengan sebuah pribahasa sunda kepada kami.
Memang kehidupan Abah rohim (82) sangat tepat jika digambarkan dengan pribahasa tersebut. Di usia yang sudah sangat sepuh Beliau masih berjibaku setiap hari untuk mempejuangkan nafkah keluarga kecilnya. Menggantungkan hidup nya dari helai-helai daun melinjo. Bukan memungut di bawah, tetapi abah memanjat puluhan pohon melinjo dengan tinggi bisa mencapai belasan meter.
Bayangkan dengan tubuh tua dan ringkihnya, abah harus bergelantungan setiap hari naik turun puluhan pohon melinjo dengan hanya berpijak pada sebatang bambu tanpa alat pengaman apapun.
"Pernah beberapa kali abah berhadapan dengan ular hijau dan tawon ketika berada di atas pohon melinjo hingga hampir terjatuh, kalau sudah begitu abah pasrah dan berdoa saja sama Alloh, alhamdulillah Ularnya pergi sendiri yang penting tenang jangan panik" Abah bercerita tentang pengalaman beliau kepada kami.
Berjalan berkilo meter dari gubuk tua lapuk berukuran 3x3 yang berdiri di lahan salah satu kerabat menuju kebun melinjo milik sang juragan abah lakukan setiap hari. 5 - 10kg daun melinjo mampu beliau kumpulkan dalam sehari, namun miris 1kg daun melinjo hanya dihargai Rp. 2500, itu artinya abah rohim hanya dapat membawa pulang uang sebesar Rp. 12.500 - Rp. 25.000 per harinya, itupun jika Abah sehat dan cuaca tidak hujan. Jika abah sakit ataupun cuaca tidak bersahabat maka hari itu abah tidak menghasilkan uang.
Ketika kami tanya kenapa di usia setua ini abah masih bekerja sekeras itu?
"Mun teu ngakal moal ngakeul, mun teu ngarah moal ngarih mun teu ngoprek moal nyapek, da abahmah teuboga anak incu ngan gulang guling duaan we jeung si Emak.( kalau tidak mau bekerja dan berusaha tidak akan bisa makan dan hidup, karena abah tidak punya anak cucu cuman hidup berdua saja dengan si Emak)" Abah mengibaratkan kehidupan beliau dengan sebuah pribahasa sunda kepada kami.
Perjuangan Abah tidak berhenti sampai di situ, sepulang memetik melinjo Abahpun harus memasak, mencuci, mencari kayu bakar bahkan mengambil Air untuk kebutuhan sehari-hari dari sumur Masjid yang berada cukup jauh dari gubuk Abah.
Termasuk mengurus segala keperluan sang Istri Mak Eti (77) yang sudah 11 tahun menderita katarak serta kesulitan untuk berjalan. Sebenarnya Abah ingin sekali membawa Emak berobat, tetapi uang yang abah hasilkan hanya cukup untuk makan dan membayar listrik saja.
Bukan tak ingin seperti Lansia lain, yang dapat menikmati hari tua nya dengan tenang bersama anak cucu, namun Abah Rohim dan sang istri Emak Eti memang tidak di karuniai seorang anak pun. Sehingga ke khawatiran terbesar Abah adalah bagaimana jika Beliau di panggil Alloh terlebih dulu, siapa nanti yang merawat dan menjaga Emak Eti, sedangkan sekarangpun mak Eti sangat tergantung dengan sang Suami.
Insan baik mau kah membantu meringankan sedikit beban Abah dan Emak. Sekecil apapun bantuan yang diberikan akan sangat berarti bagi mereka.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan dipergunakan untuk pemenuhan segala kebutuhan Abah Rohim dan Emak Eti. Serta akan di gunakan untuk penerima manfaat lainnya, juga kegiatan sosial kemanusiaan lainnya dibawah naungan dan pendampingan Yayasan Amal Baik Insani.
Panjat 7 Meter Pohon Demi Uang Belasan Ribu
terkumpul dari target Rp 100.000.000