Perjuangan Istri Untuk Kesembuhan Abah Kandi
terkumpul dari target Rp 100.000.000
“Udah hampir 7 bulan bapak seperti ini. Sekarang lukanya semakin hari semakin parah dan membusuk. Bapak hanya bisa terbaring di kasur sambil merintih kesakitan" Ungkap Mak Maryani, istri Abah kandi
"Sedih pak, lihat istri banting tulang kerja keras demi merawat saya" -Ucap Abah Kandi sambil menahan bendungan air mata yang hampir menetes
Di sebuah gubuk tua yang reyot, Abah Kandi berbaring tak berdaya, setiap hari ia harus merasakan sakit yang luarbiasa, terkadang sampai tidak ingat apa-apa seperti orang pikun.
Abah Kandi adalah sosok pekerja keras dalam menghidupi keluarga, dan ketaatannya dalam beribadah terutama shalat berjamaah di masjid tak pernah beliau tinggalkan.
Satu kata yang membuat kami terharu sampai tak terasa air mata berjatuhan ketika beliau mengatakan "Sekarang hidup Abah merasa hampa dan gelisah karena sudah gak mampu untuk pergi ke masjid".
Dalam keterbatasan ekonomi dan penyakit yang dihadapinya, ia tetap tabah dan sabar, walau setiap hari rasa sakit yang selalu hadir dalam hidupnya, tidak membuat dirinya lupa kepada tuhan, ia selalu merindukan nya untuk bisa hadir lagi shalat berjamaah di masjid.
Setiap saat, Abah Kandi (62 Tahun) selalu merintih dan mengerang berusaha menahan sakit yang bersarang di kaki sebelah kanan nya. Semakin hari, luka tersebut semakin membusuk karena seharusnya ia dirawat inap setelah di amputasi.
"Setiap hari, Bapak hanya bisa terbaring. Jika obat habis, Bapak seringkali merintih dan menangis tak kuat menahan sakit"* -Ungkap Mak Maryani
Sang istri, selalu setia menemani. Setiap hari, hampir 24 jam dari pagi ke pagi lagi ya cuma Mak lah yang merawat dia. Air mata sang istri kerap menetes, berharap ingin kembali melihat suaminya pulih dan kembali mencari nafkah.
Selama sakit, Abah Kandi hanya sekali menjalani pengobatan di rumah sakit. Karena keterbatasan biaya ia hanya di rawat seadanya oleh bidan kampung dan pengobatan alternatif di kampungnya. Seharusnya Abah Kandi menjalani tindakan medis di rumah sakit besar. Namun, karena terkendala jarak dan biaya, pengobatan pun hingga saat ini belum dapat ditempuh.
"Ternak kambing dan satu-satunya cincin istri saya habis dijual untuk biaya pengobatan saya selama ini dan kebutuhan sehari hari. Karena saya sudah tidak ada penghasilan lagi" -Ucap Abah Kandi
Sedangkan sang istri menjadi buruh tani dengan upah 15-30 ribu per harinya. Itu semua Mak Maryani (54 tahun) lalukan untuk membantu pengobatan Abah Kandi dan memenuhi kebutuhan sehari hari.
Di tengah kondisi yang semakin memburuk, Abah Kandi hanya bisa berdoa agar Ia bisa terlepas dari sakitnya. Beliau tak pernah melewatkan sholatnya meskipun dalam keadaan sakit.
Tak banyak yang Mak harapkan, ia ingin Abah Kandi dapat kembali pulih serta kebutuhan keluarga selalu tercukupi.
Teman baik, dengan segala keterbatasannya mereka tidak pernah mengeluh meskipun beban yang dipikulnya sangat berat. Yuk temani perjuangan keluarga Mak Maryani. Sekecil apa pun rezeki yang sahabat sisihkan akan sangat berarti bagi mereka.
Perjuangan Istri Untuk Kesembuhan Abah Kandi
terkumpul dari target Rp 100.000.000