Lansia Sebatang Kara Hidup Dari Jualan Makroni
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Abah Asep terpaksa menjalani hidup yang penuh tantangan. Untuk memenuhi kebutuhan dasar, beliau menjalani hari-harinya dengan berjualan makaroni keliling. Pendapatannya hanya berkisar antara 5 ribu hingga 15 ribu rupiah per hari. Itu saja, hanya cukup untuk bertahan hidup dengan sederhana.
Abah asep hidup sebatang kara di sebuah gubuk yang sangat tidak layak huni.
Dengan badannya yang sudah bungkuk dan seiring usia yang semakin menua, Abah tetap melangkah untuk berjuang. Namun, perjuangan ini bukanlah perjuangan biasa. Beliau sering duduk di bawah teriknya matahari, menunggu dengan harapan dagangannya akan laku. Di balik tatapan harapannya, terpantul keraguan tentang kapan dia bisa makan lagi
Pemandangan abah yang harus bekerja di bawah terik matahari adalah gambaran yang tak terlupakan. Beliau harus menahan kesulitan untuk berjalan karena bungkuk dan usianya yang sudah tua. Terkadang, ketika dagangannya tidak laku, abah harus menghadapi kelaparan di jalan.
Makaroni yang dijual oleh abah merupakan hasil buatan sendiri yang ia buat di dapur yang sangat sederhana,dia harus bersusah payah mencari makanan sehari-hari ,karena terkadang anak-anak tidak ada yang mau beli jajanan abah karena takut.
Lansia Sebatang Kara Hidup Dari Jualan Makroni
terkumpul dari target Rp 100.000.000