Perkenalkan namaku Bagas Muhammad Rizky, menjelang usia 1 Tahun beberapa bulan lagi, keinginanku tidaklah mewah, harapanku tidaklah tinggi, aku hanya ingin pulang ke pangkuan Ayah dan Ibuku. Itu Saja.
Sahabat pastilah bertanya, Kenapa Bagas ingin pulang kepangkuan orangtua?
Tahun lalu, Seorang Ibu hebat bernama Eneng Nurhayati sedang merasakan sakit dari kontraksi ringan di perutnya, karena pada saat itu aku yang berada didalam perut sudah memasuki usia kandungan yang mendekati hari lahir.
Pada saat itu Aku dan Ibuku menunggu kepulangan Ayahku, malam menjelang, akhirnya terdengar suara langkah kaki, namun langkah kaki ini terdengar berbeda.
Langkah kaki ini terdengar sangat keras dan begitu ramai. Ketika Ibuku keluar memastikan siapakah yang datang, ternyata memang benar Ayahku pulang, namun ayahku pulang dalam kondisi digotong oleh beberapa orang.
Apa yang terjadi?
Qodratullah Ayahku mengalami sebuah musibah,
Ayahku berprofesi sebagai Supir angkutan umum dipedesaan (Ciparay), seperti biasa pada saat memarkirkan Mobil di tempat parkir (garasi) yang aga curam, setelah selesai memarkirkan mobil, ayahku berjalan kedepan menuruni jalan yang curam tadi, entah apa penyebabnya tiba-tiba mobil tersebut melaju kebawah dan menghampiri Ayahku, sempat berlari, tapi apa daya, ayahku terseret dan mobil menabrak dan menghimpit Badan ayahku diantara tembok dan mobil.
Ayahku mengalami patah tulang parah di paha dan sedikit retak tulang di beberapa bagian seperti betis dan rusuk.
Kejadian ini terjadi 2 hari sebelum Hari kelahiranku, bisa dibayangkan kondisi yang sangat mengharukan ketika aku lahir ditengah kondisi sulit seperti ini.
Ayahku tidak bisa bekerja, jangankan untuk berkeja, berdiri, berjalan pun sudah tidak bisa, Ayahku sudah melakukan konsultasi kepada ahli tulang dan melakukan therapy setiap minggunya dengan biaya yang cukup besar menurut kami, setiap minggu seharga Rp. 400.000, belum dengan biaya obat yang cukup mahal untuk kami.
Pada 3 bulan pertama masih ada simpanan dan bantuan dari teman-teman satu profesi. Namun sekarang jangankan untuk therapy dan Obat untuk makan pun sulit, sampai-sampai ayahku hanya meminum antibiotik saja.
Keadaan ini dipersulit dengan ASI yang tidak keluar (tidak ada) dari Ibu, sehingga kebutuhan Susu Formula menjadi solusi utama, bukannya meringankan aku malah menambah beban saja ditambah aku sedikit gembul, meskipun sempat aku hanya diberi air putih saja tapi orang tua mana yang tidak akan berjuang untuk anaknya, Susu Formula selalu tersedia meskipun harus pinjam uang ke tetangga untuk beli susu.
Aku adalah anak ketiga, aku punya dua kakak, namanya Rina(SMA) dan Agung (SD), mereka ke sekolah sering sambil berjualan roti, dan untungnya biasanya disisihkan untuk beli susu formula.
Kami sekeluarga sempat ikhtiar dan bertahan dengan kondisi sulit seperti ini, Ayahku terbaring, dan Ibuku terpaksa harus bekerja sebagai Tukang bersih-bersih, sapu dan pel di sebuah Sanggar Tari kecil yang upahnya pun tidak seberapa.
kami sempat bertahan 3 bulan namun dibulan berikutnya upah yang didapat dari hasil kerja ibuku tidak cukup untuk makan sehari-hari apalagi untuk membeli susu formula untukku, juga Hutang sudah semakin besar dan ayahku tidak bisa menjaga aku dengan baik ketika Ibuku bekerja dan Kakak-kakaku sekolah dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan.
Disinilah situasi terberat,
Seorang teman Ayahku menawarkan untuk sementara Aku (Bagas) dititipkan, sampai kondisi kaki dan kesehatan ayahku membaik, karena situasi di atas dengan berat hati akhirnya aku dititipkan kepada teman Ayahku yang berkenan sementara mengurusku.
Kondisi Ayahku saat ini sangatlah sulit dan pemulihannya cukup lama karena Ayahku sering melewatkan jadwal terapi karena alasan sudah tidak memiliki dana.
Kami tinggal di sebuah kampung kecil di Ciparay Kabupaten Bandung, kami tinggal disebuah rumah kecil milik orang lain, yang kami tidak harus membayar namun kami harus siap pergi ketika rumah kecil tersebut akan direnovasi dan akan diisi oleh sang pemilik tanah dan Rumah.
Pada saat itu sebenarnya kami sudah harus pergi karena Rumah akan diisi dan direnovasi, namun melihat kondisi seperti ini sang pemilik pun tidak tega dan memberikan kelonggaran.
Sudah Jatuh ditambah Tertimpa Tangga pula,
terkadang Ayahku menangis dengan kondisi ini begitu banyak cobaan, namun Ibuku selalu memberikan semangat bahwa harapan itu masih ada, selama kita tidak berhenti untuk ikhtiar, meskipun Ibuku hanya bisa mencari sedikit pundi rupiah dengan bantu bersih-bersih di sanggar.
Melalui Sharing Happiness, harapannya ada banyak bantuan dari Sahabat Sharing happiness untuk biaya penyembuhan (Therapy) Ayahku dan Bantuan Susu Formula untukku (Bagas). Untuk persediaan setidaknya sampai 6 bulan kedepan. Karena untuk biaya sehari-hari kami rasa cukup dari Upah Ibu bekerja.
Mari bantu keluarga Bagas dan bantu Bagas agar bisa pulang dan tinggal kembali bersama Ayah dan Ibu tercinta, karena seburuk apapun rumah kita, sesulit apapun kita, ketika didalamnya ada orang yang kita sayangi dan cintai maka itulah sebaik-baiknya tempat untuk kita pulang.
www.sharinghappiness.org/BagasInginPulang
Dari Abu Hurairah ra, Nabi SAW, bersabda:
“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutupi aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba Nya selama hamba Nya itu suka menolong saudaranya”.
Bagas Ingin Pulang
terkumpul dari target Rp 16.800.000