Apresiasi Veteran Di Hari Kemerdekaan
terkumpul dari target Rp 100.000.000
Kisah Pak Holili, 2kali Tertembak dan Hampir Meregang Nyawa
"40 orang kawan saya gugur di medan perang, Saya pun kena tembak, Saya gak percaya waktu itu masih bisa hidup. Saya kira sudah mati di medan perang karena tubuh bersimbah darah" - Ungkap Pak Holili saat menceritakan kisahnya saat berperang di Timor Timur.
Beliau adalah pak Holili Sukarman dari Kesatuan 330 Kujang I Dayeuh Kolot, ia seorang Veteran Pembela. Dulu ia pernah ditugaskan di Kalimantan, Sulawesi dan terakhir bertugas di Timor Timur.
Di balik usianya yang menginjak 77 tahun, memorinya akan masa-masa perang masih terekam. Ia bercerita, selama 14 bulan ia bertugas di Timor Timur, untuk merebut pendudukan lapangan terbang Baucau dan kota Baucau.
"Pernah suatu waktu Kami mengalami pertempuran sengit selama 1 hari 1 malam, hingga Kami kehabisan peluru. Kawan saya dan saya pun tertembak untuk kedua kalinya karena pertempuran itu" – lanjut pak Holili.
Kisah Bu Aminah, Lumpuh dan Hidup Sulit
Kisah “Perwira” wanita ini tak pernah terekspos. Pengorbanannya harus dibayar dengan bertahan hidup bersama kelumpuhannya dan makan pun mengandalkan dari upah tukang pijit anaknya.
Masih teringat jelas senja di tahun 1964 dimana hidup Aminah berubah total!
3 bulan lagi menikah, gadis bernama Aminah itu pilih janji sehidup-semati untuk negeri dibandingkan dengan pujaan hatinya. Aminah pilih gagal menikah untuk jadi perwira garis terdepan saat Indonesia lakukan Konfrontasi Dwikora Tahun 1964-1967.
59 tahun berlalu, perempuan berusia 76 tahun itu kini hidup sulit. Kakinya lumpuh, tangannya kaku, dan untuk makan saja andalkan upah tukang pijit dari anaknya.
Berpakaian lengkap layaknya perwira yang masih kuat dan gagah, di kursi rodanya Nek Aminah tunjukan “buku cerita” dari foto-foto jadul hitam putih saat beliau ditempa pendidikan latihan dasar.
Teringat jelas jumlah 4 selongsong peluru yang hampir merenggut nyawanya. Dua sahabatnya bahkan gugur duluan.
“Sampai sekarang saya masih suka kirim doa buat Tati dan Jamila. Dua sobat saya dari masa diklatsar (pendidikan latihan dasar) sampai akhirnya mereka meninggal duluan,” suara Nek Aminah terisak sambil menunjukkan wajah sahabatnya yang terpampang dalam foto.
Kisah Pak Gordianus, Hampir Gugur Di Perang Irian Barat
Dengan mengusung slogan merdeka atau mati, Pak Gordianus Gudipan berhasil ikut membela negeri ini dari pemberontakan dan penjajahan Belanda. Dengan ingin meneruskan semangat perjuangan 45, ia meninggalkan kampung halamannya Flores-NTT.
Tak terhitung banyaknya perjuangan yang pernah ia ikuti. Perjuangan melawan Pemberontakan PRRI di Sumatra Barat, Pemberontakan DI TII di Garut dan Operasi Trikora melawan pendudukan Belanda di Irian Barat (Papua) pernah ia lewati.
Meski sekarang ia sudah sangat renta, namun ia teramat bangga pernah menjadi bagian dari perjuangan bangsa Indonesia.
“Hampir 200 orang kawan kawan seperjuangan saya banyak yang gugur ketika melawan penjajah di Irian Barat. Saya juga pernah tertembak di bagian dada, tapi Puji Tuhan saya masih selamat dan Tuhan masih memberikan saya umur untuk berjuang”- ujar Pak Gordianus
“Saya tidak percaya bisa keluar dari hutan setelah tertembak dengan kondisi masih hidup. Beruntung saya dibantu oleh kawan saya. Saya cuma bisa nangis, berharap saat itu bisa memeluk keluarga"- tambahnya
Dengan sumpah prajurit yang beliau pegang tidak boleh menyerah oleh penjajah Belanda dalam kondisi apapun.
Sahabat Kebaikan, di Hari Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2023 mendatang, Kami mengajak sahabat semua untuk memberikan apresiasi untuk mereka dan para pejuang lainnya.
Meskipun, tentu apa yang kita berikan nanti tidak akan sebanding dengan perjuangan mereka. Mari kita tunjukan kepedulian kita, memberi tanda cinta untuk mereka semua atas perjuangan mereka demi membela negara.
Apresiasi Veteran Di Hari Kemerdekaan
terkumpul dari target Rp 100.000.000