"Tenaga yang seadanya, fisik tak kuat lagi,tubuh bungkuk dan lemah itu ia paksa kuat bekerja, berjuang demi sesuap nasi dengan berjualan cingcau."

Wajahnya penuh tangis, kakinya penuh luka, langkah demi langkah terus dijajaki sambil memikul tanggungan cingcau dagangannya.

Tak jarang abah demo pun sering berhenti kelelahan, bahkan sering ketiduran ditempatnya berjualan.

Abah demo tak memiliki tempat berjualan yang tetap, kadang berkeliling, adakalanya ikut menumpang di depan toko milik orang lain. 

Dari kejauhan tubuh abah demo (86 tahun) tampak bergetar. Matanya yang sudah tak awas lagi dengan sabar menunggu orang lewat yang menghampirinya untuk membeli cingcau buatannya.

Biasanyanya abah mulai berjualan dari jam 7 pagi sampai jam 5 sore. Satu bungkus cingcau abah jual Rp.2.000 saja, tapi belakangan ini cingcau buatannya jarang terjual habis, tak jarang beliau pun tak mendapatkan uang sedikit pun.

"kalau hari ini nggak ada yang beli, ya gak bisa beli nasi." ~ ungkap abah demo sambil menatap tanggungan cingcaunya dengan penuh harap

"kalau hari ini nggak laku, mungkin besok ada rezekinya." ~ pungkasnya lagi

Hasil yang didapatkannya didalam sehari nggak menentu. Kadang bisa sampai Rp.50.000,- namun jika dagangannya hari itu tak laku, abah harus menahan lapar dan pulang dengan tangan kosong.

Mirisnya dengan penghasilan yang begitu minim, abah masih harus membayar uang sewa rumah kontrakan yang saat ini di tempatinya.

Sahabat kebaikan, dalam setiap langkah abah demo, terdapat jutaan harapan agar bisa terus menjalani hidup dengan baik. Untuk itu, kami ingin mengajakmu untuk ikut berbagi kebahagiaan agar abah demo dapat memiliki modal usaha yang layak dimasa tuanya.

Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha abah demo dan segala kebutuhannya. Serta para penerima manfaat lainnya dan program sosial kemanusiaan dibawah naungan yayasan global sedekah movement