
Jualannya Tak Laku, Abah Didin Sering Menahan Lapar
terkumpul dari target Rp 100.000.000
“Kadang sehari cuma laku 1, bahkan sering nggak laku. Kalau gak ada yang beli terpaksa Abah harus menahan lapar, paling banyakin minum aja biar kenyang" - Ucap Abah Didin
Keringat mengucur deras, langkah Abah Didin Tamidin (64) tertatih sambil menyusuri jalan untuk menjajakan dagangan nya.
Di usia yang tak muda lagi, Abah tetap semangat berdagang. Dari pagi buta beliau sudah berjualan, dengan tubuhnya yang lemah dan perut kosong. Abah memikul tas besar yang berisikan barang dagangan seperti dompet, sabuk dan topi yang menjadi harapannya untuk bertahan hidup.
Ditengah terik matahari Abah tetap berdagang, ia terus berjalan dan keliling sambal memikul barang dagangan yang cukup berat. Sehari kadang dapat 50-60 ribu, bahkan tidak laku sama sekali.
Dari setiap barang yang dijual, Abah hanya mengambil untung 5-10 ribu. Itulah cara yang dilakukan Abah untuk menghidupi istri dan menyekolahkan ke 2 anak di kampungnya, Tasikmalaya.
Saat lelah dan pandangannya mulai kabur, Abah Didin berhenti sejenak, di pinggir jalan. Tubuhnya mulai lemas karena kelaparan, tapi tidak punya biaya untuk beli makan.
Dari pagi hingga siang belum ada yang membeli dagangannya, hanya air minum untuk mengganjal rasa laparnya. Barang dagangan yang Abah jual bukan miliknya, melainkan milik orang lain.
Saat ini beliau tinggal mengontrak di daerah Rancaekek Kab. Bandung. Setiap hasil jerih payahnya, harus dibagi untuk bayar kontrakan dan kebutuhan keluarganya di Kampung. Tak jarang ia pun harus berhemat, dengan makan 1 bungkus nasi yang dimakan dua kali.
"Abah jarang pulang kampung, kalau pulang kampung habis sama ongkos. Paling Abah suka nitip ke temen Abah, kalau ada yang pulang ke tasikmalaya" - Tambahnya
Ia bercerita, masih ada tunggakan biaya sekolah anak yang harus dibayar. Itulah alasannya Abah harus bekerja keras.
Di tengah kesibukannya berjualan, Abah selalu menyempatkan diri untuk beribadah. Saat adzan berkumandang, ia langsung bergegas ke Masjid. Abah juga mengontrak di samping Masjid, ia selalu menyempatkan diri membantu Marbot untuk membersihkan Masjid.
"Saya hanya bisa bersedekah dengan tenaga, dengan membersihkan rumah Allah ini, mudah mudahan bisa menjadi wasilah kemudahan rezeki saya dan keluarga" -Ungkap Abah Didin.
Di ujung usianya, Abah berharap ingin hidup tenang tanpa hutang dan ingin mempunyai modal usaha.
Sahabat Kebaikan, usia Abah Didin sudah tak lagi muda tetapi beliau masih harus bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarga, terutama menyekolahkan ke dua anaknya. Maukah kamu membantu meringankan beban hidup Abah?
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk modal usaha Abah Didin, biaya sekolah anaknya dan segala keperluan Abah Didin lainnya. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat lainnya dibawah naungan Yayasan Global Sedekah Movement.

Jualannya Tak Laku, Abah Didin Sering Menahan Lapar
terkumpul dari target Rp 100.000.000