Di usia 70 tahun, seharusnya Mak Ubad sudah bisa beristirahat tenang. Duduk santai di teras rumah, menikmati senja, ditemani teh hangat dan senyum anak tercinta. Tapi takdir berkata lain.

 

Setiap pagi, sebelum matahari menyapa dunia, Mak Ubad telah terbangun. Bukan untuk dirinya sendiri, tapi untuk Dadan anak semata wayangnya yang kini hanya bisa terbaring, lemah, tanpa daya.

 

 

Dadan (43) menderita diabetes sejak tiga tahun lalu. Awalnya hanya merasa cepat lelah dan luka kecil di kaki kirinya yang tak kunjung sembuh. Tapi luka itu berubah jadi bencana. Infeksi menyebar, dan dokter pun harus mengambil keputusan berat: mengamputasi kakinya demi menyelamatkan nyawa.

 

Sejak saat itu, hidup Dadan berubah. Ia tak bisa lagi berjalan, tak bisa bekerja, tak bisa meraih mimpinya. Bahkan untuk sekadar duduk dan melihat langit pun sulit. Semua aktivitas mandi, makan, hingga mengganti perban hanya bisa dilakukan dengan bantuan sang ibu yang sudah renta.

 

 

Yang lebih menyesakkan, kini kaki kanannya menunjukkan tanda-tanda serupa. Luka kecil membesar, daging menghitam, dan ancaman amputasi kembali menghantui.

 

“Saya takut… takut Emak pergi duluan. Saya nggak tahu harus bagaimana,” kata Dadan, menahan air mata.

 

Namun di balik ketakutan itu, masih tersisa harapan yang tak ingin padam.

 

“Saya ingin sembuh. Saya ingin bisa kerja lagi, bantu Emak. Biar beliau bisa istirahat… biar beliau bisa ngerasain masa tua yang tenang. Selama ini beliau nggak pernah mikirin dirinya sendiri. Semua buat saya…” ucap Dadan dengan suara bergetar.

 

 

Sementara itu, Mak Ubad tetap setia berjuang. Ia memikul kerupuk dagangan tetangga, berjalan dari kampung ke kampung, demi sesuap nasi dan selembar perban. Kadang hanya bawa pulang Rp5.000. Kadang Rp15.000. Tapi tak pernah cukup.

 

Perban, pampers, obat-obatan, makanan bergizi, ongkos ke dokter semua jadi kemewahan yang sulit dijangkau.

 

 

Namun ketika ditanya apakah ia lelah, Mak Ubad hanya tersenyum dan berkata pelan:

“Emak ikhlas rawat Dadan. Yang penting Dadan sembuh… Emak cuma pengen liat Dadan bisa duduk, bisa kerja lagi, bisa hidup layak…”

 

 

“Selama saya masih bisa berdiri, saya akan rawat Dadan,” lanjutnya dengan suara pelan, sembari menyeka peluh dan air mata yang tak sempat ia tangisi.

 

Insan Baik, hari ini kita masih bisa berjalan, bekerja, dan menikmati hidup. Tapi Mak Ubad dan Dadan sedang berjuang hanya untuk bertahan.

Mari hadirkan harapan untuk Mak Ubad dan Dadan, setiap rupiah dari kita bisa menjadi penyambung hidup dan harapan bagi mereka.

 

Disclaimer: Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk kebutuhan sandang, pangan, dan penunjang kesehatan Dadan. Juga akan digunakan untuk penerima manfaat dan program sosial kemanusiaan lainnya di bawah naungan Amal Baik Insani.