
Harapan Kecil DI Ujung Usia Abah Cecep
terkumpul dari target Rp 50.000.000
"Ini rumah atau kandang ayam?"
Kalimat itu terdengar kasar, tapi begitulah reaksi banyak orang saat melihat tempat tinggal Abah Cecep.
Sebuah gubuk reyot, berdinding anyaman bambu yang sudah lapuk dan berlubang di banyak sisi. Gubuk sederhana itu berdiri rapuh di atas tanah yang bahkan bukan milik Abah sendiri.
Setiap hari, rasa cemas membayangi langkahnya sewaktu-waktu, pemilik lahan bisa meminta Abah pergi dan Abah tak tahu harus ke mana mencari perlindungan.
Di dalam gubuk sempit itu, Abah Cecep, di usianya yang telah menginjak 74 tahun, hidup seorang diri.
Tanpa keluarga, tanpa teman, hanya berteman dengan dinginnya malam dan suara gesekan bambu yang rapuh diterpa angin.
Setiap malam, Abah tidur dalam kegelisahan "Akankah esok aku masih punya tempat untuk berteduh?"
Tak hanya tentang tempat tinggal, tubuh Abah pun perlahan melemah. Stroke yang dideritanya membuat kaki dan tangannya kaku. Namun, setiap pagi, dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Abah tetap memaksakan diri berjalan keliling kampung untuk menjajakan tape.
Yang memilukan, tape-tape itu bukan milik Abah. Abah hanya membantu menjualkan milik orang lain dan dari hasil seharian berkeliling, ia hanya mendapatkan upah Rp10.000. Uang itulah yang menjadi satu-satunya harapan untuk bisa makan hari itu."Kalau nggak jalan, Abah nggak makan," katanya lirih, sambil memegangi lututnya yang terasa nyeri, berusaha tetap tersenyum meski hatinya lelah.
Hari-hari terus bergulir, membawa ancaman yang kian dekat, atap rapuh itu bisa roboh kapan saja saat hujan deras menerpa, kaki Abah bisa lumpuh sepenuhnya bila terus dipaksa berjalan tanpa perawatan dan kapan saja, rumah kecil itu bisa lenyap saat pemilik lahan meminta kembali tanahnya.
Namun di balik kerutan dan lelah di wajah Abah, masih tersimpan seberkas harapan kecil yang tak pernah padam. Abah berharap mempunyai sebuah rumah sederhana di atas tanah milik sendiri, sebuah usaha kecil yang bisa menopang hidup tanpa harus menyiksa tubuh rentanya.
Abah tak pernah meminta banyak, ia hanya ingin melewati sisa waktunya dengan tenang tanpa rasa takut diusir, tanpa rasa lapar yang terus menggerogoti.
Insan Baik, Jangan biarkan Abah Cecep melewati malam berikutnya dalam ketakutan.
Mari bersama, kita wujudkan harapan kecil itu sebuah rumah layak, dan sumber penghidupan kecil yang akan menjaga Abah di sisa usianya. Kebaikanmu hari ini bisa menjadi pelita baru dalam hidup seorang lansia yang terlalu lama hidup di tengah ketidakpastian dan kesendirian.
Disclaimer : Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk pembangunan rumah layak milik Abah Cecep dan penyediaan modal usaha kecil. Sebagian dana juga akan digunakan untuk mendukung program sosial kemanusiaan lainnya di bawah pendampingan Yayasan Amal Baik Insani.

Harapan Kecil DI Ujung Usia Abah Cecep
terkumpul dari target Rp 50.000.000